PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Infeksi
Infeksi adalah kolonalisasi yang dilakukan oleh spesies asing terhadap organisme inang, dan bersifat pilang membahayakan inang. Organisme penginfeksi, atau patogen, menggunakan sarana yang dimiliki inang untuk dapat memperbanyak diri, yang pada akhirnya merugikan inang.
2.2 Proses Infeksi
Mikroba patogen agar dapat menimbulkan penyakit infeksi harus bertemu dengan pejamu yang rentan, melalui dan menyelesaikan tahap-tahap sebagai berikut.
a.Tahap I
Mikroba patogen bergerak menuju tempat yang menguntungkan (pejamu/penderita) melalui mekanisme penyebaran (mode of transmission). Semua mekanisme penyebaran mikroba patogen tersebut dapat terjadi di rumah sakit, dengan ilustrasi sebagai berikut.
1.Penularan langsung Melalui droplet nuclei yang berasal dari petugas, keluarga/pengunjung, dan penderita lainnya. Kemungkinan lain melalui darah saat transfusi darah.
2.Penularan tidak langsung
Seperti yang telah diuraikan , penularan tidak langsung dapat terjadi sebagai berikut:
Seperti yang telah diuraikan , penularan tidak langsung dapat terjadi sebagai berikut:
a) Vehicle-borne, yaitu penyebaran/penularan mikroba patogen melalui benda-benda mati (fotnite) seperti peralatan medis (instrument), bahan-bahan/material medis, atau peralatan makan/minum untuk penderita.
Perhatikan pada berbagai tindakan invasif seperti pemasangan kateter, vena punctie, tindakan pembedahan (bedah minor, pembedahan di kamar bedah), proses dan tindakan medis obstetri/ginekologi, dan lain-lain.
Perhatikan pada berbagai tindakan invasif seperti pemasangan kateter, vena punctie, tindakan pembedahan (bedah minor, pembedahan di kamar bedah), proses dan tindakan medis obstetri/ginekologi, dan lain-lain.
b) Vector-borne, yaitu penyebaran/penularan mikroba patogen dengan perantara vektor seperti lalat. Luka terbuka (open wound), jaringan nekrotis, luka bakar, dan gangren adalah kasus-kasus yang rentan dihinggapi lalat.
c) Food-borne, yaitu penyebaran/penularan mikroba patogen melalui makanan dan minuman yang disajikan untuk penderita. Mikroba patogen dapat ikut menyertainya sehingga menimbulkan gejala dan keluhan gastrointestinal, baik ringan maupun berat.
d) Water-borne, kemungkinan terjadinya penularan/penyebaran penyakit infeksi melalui air kecil sekali, mengingat tersedianya air bersih di rumah sakit sudah melalui uji baku mutu.
e,) Air-borne, peluang terjadinya infeksi silang melalui media perantara ini cukup tinggi karena ruangan/bangsal yang relatif tertutup, secara teknis kurang baik ventilasi dan pencahayaannya. Kondisi ini dapat menjadi lebih buruk dengan jumlah penderita yang cukup banyak.
Dari semua kemungkinan penyebaran/penularan penyakit infeksi yang telah diuraikan di atas, maka penyebab kasus infeksi nosokomial yang sering dilaporkan adalah tindakan invasif melalui penggunaan berbagai instrumen medis (vehicle-borne).
b.Tahap II
Upaya berikutnya dari mikroba patogen adalah melakukan invasi ke jaringan/organ pejamu (penderita) dengan cara mencari akses masuk untuk masing-masing penyakit (port d’entree) seperti adanya kerusakan/lesi kulit atau mukosa dari rongga hidung, rongga mulut, orificium urethrae, dan lain-lain.
1. Mikroba patogen masuk ke jaringan/organ melalui lesi kulit. Hal ini dapat terjadi sewaktu melakukan insisi bedah atau jarum suntik. Mikroba patogen yang dimaksud antara lain virus Hepatitis B (VHB).
2. Mikroba patogen masuk melalui kerusakan/lesi mukosa saluran urogenital karena tindakan invasif,seperti:
a) tindakan kateterisasi, sistoskopi;
b) pemeriksaan dan tindakan ginekologi (curretage);
c) pertolongan persalinan per-vaginam patologis, baik dengan bantuan instrumen medis, maupun tanpa bantuan instrumen medis.
a) tindakan kateterisasi, sistoskopi;
b) pemeriksaan dan tindakan ginekologi (curretage);
c) pertolongan persalinan per-vaginam patologis, baik dengan bantuan instrumen medis, maupun tanpa bantuan instrumen medis.
3. Dengan cara inhalasi, mikroba patogen masuk melalui rongga hidung menuju saluran napas. Partikel in feksiosa yang menular berada di udara dalam bentuk aerosol. Penularan langsung dapat terjadi melalui percikan ludah (droplet nuclei) apabila terdapat individu yang mengalami infeksi saluran napas melakukan ekshalasi paksa seperti batuk atau bersin. Dari penularan tidak langsung juga dapat terjadi apabila udara dalam ruangan terkontaminasi. Lama kontak terpapar (time of exposure) antara sumber penularan dan penderita akan meningkatkan risiko penularan. Contoh: virus Influenza dan Al. tuberculosis.
4. Dengan cara ingesti, yaitu melalui mulut masuk ke dalam saluran cerna. Terjadi pada saat makan dan minum dengan makanan dan minuman yang terkontaminasi. Contoh: Salmonella, Shigella,Vibrio.
c. Tahap III
Setelah memperoleh akses masuk, mikroba patogen segera melakukan invasi dan mencari jaringan yang sesuai (cocok). Selanjutnya melakukan multiplikasi/berkembang biak disertai dengan tindakan destruktif terhadap jaringan, walaupun ada upaya perlawanan dari pejamu.
Sehingga terjadilah reaksi infeksi yang mengakibatkan perubahan morfologis dan gangguan fisiologis/ fungsi jaringan.
2.3 Pencegahan Infeksi
Fokus utama penanganan masalah infeksi dalam pelayanan kesehatan adalah pencegahan infeksi. Infeksi serius pasca bedah masih merupakan masalah di beberapa Negara, di tambah lagi dengan munculnya penyakit acquired immune deficiency (AIDS) dan Hepatitis B yang belum di temukan obatnya. Saat ini, perhatian utama ditunjukan untuk mengurangi resiko perpindahan penyakit, tidak hanya terhadap pasien tetapi juga kepada pemberi pelayanan kesehatan dan karyawan, termasuk pekarya yaitu orang yang bertugas membersihkan dan merawat ruang bedah.
v TINDAKAN PENCEGAHAN INFEKSI
Beberapa tindakan pencegahan infeksi yang dapat dilakukan adalah :
1. Aseptik, yaitu tindakan yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan. Istilah ini dipakai untuk segala usaha yanag dilakukan untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang kemungkinan besar akan mengakibatkan infeksi. Tujuan akhirnya adalah mengurangi atau menghilangkan jumlah mikroorganisme, baik pada permukaan benda hidup maupun benda mati agar alat-alat kesehatan dapat dengan aman digunakan.
2. Antiseptik, yaitu upaya pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dana jaringan tubuh lainnya.
3. Dekontaminasi, tindakan yang dilakukan agar benda mati dapat ditangani oleh petugas kesehatan secara aman.
4. Pencucian, yaitu tindakan menghilangkan semua darah, cairan tubuh atau setiap benda asing seperti debu dan kotoran.
5. Desinfeksi, yaitu tindakan pada benda mati dengan menghilangkan sebagian besar mikroorganisme penyebab penyakit.
6. Sterilisasi, yaitu tindakan untuk menghilangkan semua mikroorganisme termasuk bakteri endospora.
v PEDOMAN PENCEGAHAN INFEKSI
Cara efektif untuk mencegah penyebaran penyakit dari orang ke orang atau dari peralatan ke orang dapat dilakukan dengan meletakkan penghalang. Penghalang ini dapat berupaya fisik, mekanik, ataupun kimia yang meliputi :
1. Pencucian tangan.
2. Penggunaan sarung tangan
3. Penggunaan cairan antiseptic
4. Pemrosesan alat bekas pakai
5. Pembuangan sampah
v MENCUCI TANGAN
a. Teknik Mencuci Biasa
Persiapan alat dan bahan :
1. Air bersih
2. Handuk
3. Sabun
4. Sikat lunak
Prosedur kerja:
1. Lepaskan segala yang melekat pada daerah tangan.
2. Basahi jari tangan, lengan hingga siku dengan air dan dengan menggunakan sabun
3. Bilas dengan air bersih yang mengalir dan keringkan dengan handuk
b. Teknik mencuci dengan desinfeksi
Persiapan alat dan bahan :
1. Air bersih
2. Larutan desinfektan lisol/savlon
3. Handuk
Prosedur kerja
1. Lepaskan segala yang melekat pada daerah tangan.
2. Basahi jari tangan, lengan hingga siku dengan air kemudian basahi dengan larutan desinfektan (lisol/savlon)
3. Bilas dengan air bersih yang mengalir dan keringkan dengan handuk.
c. Teknik mencuci steril
Persiapan alat dan bahan :
1. Air mengalir
2. Sikat steril dalam tempat
3. Alcohol 70%
4. Sabun
Prosedur kerja :
1. Lepaskan segala yang melekat pada daerah tangan
2. Basahi jari tangan, lengan hingga siku dengan air, kemudian alirkan sabun (2-5ml) ke tangan dan gosokkan tangan serta lengan sampai 5cm di atas siku, kemudian sikat ujung jari, tangan, lengan, dan kuku sebanyak kurang lebih 15 kali gosokkan, sedangkan telapak tangan 10 kali gosokan hingga siku.
3. Bilas dengan air bersih yang mengalir.
4. Setelah selesai tangan di bilas dan tetap di arahkan ke atas.
5. Gunakan sarung tangan steril.
v STERILISASI DAN DESINFEKSI
a. Sterisasi
Hal-hal yang perlu di perhatikan pada sterilisasi, di antaranya:
1. Sterilisator harus siap pakai, bersih, dan masih berfungsi.
2. Peralatan yang akan di sterilisai harus dio bungkus dan di beri label yang jelas dengan menyebutkan jenis peralatan, jumlah, dan tanggal pelaksanaan steril.
3. Penataan alat harus berprinsif semua bagian dapat steril.
4. Tidak boleh menambah peralatan dalam sterilisator sebelum waktu mensteril slesai.
5. Memindahkan alat steril ke dalam tempatnya dengan korentang steril.
6. Saat mendinginkan alat steril tidak boleh membuka pembungkusnya, bila terbuka harus dilakukan sterilisasi ulang.
b. Desinfeksi
Desinfeksi adalah proses pembunagan semua mikroorganisme patogen pada objek yang tidak hidup dengan pengecualian terhadap endospora bakteri.
Cara desinfeksi
a. Dengan desinfeksi dengan mencuci
Prosedur kerja:
- Cucilah alat perawatan seperti pinset, arteri kliem, gunting, dan lain dengan larutan desinsfektan sebelum dilakukan proses sterilisasi.
b. Cara desinsfeksi dengan rendam
Prosedur kerja:
- Rendamlah alat-alat perawatan dengan larutan desinfektan seperti lisol 0,5%.
- Rendamlah perawatan dengan larutan lisol 3-5% selama 2 jam.
- Rendamlah perlatan tenunan dengan lisol 3-5% kurang lebih 24 jam.
c. Cara desinfeksi dengan menjemur
Prosedur kerja:
-jemurlah kasur, tempat tidur, urineal, piskot, dll: masing-masing permukaan selama 2 jam.
d. cara membuat larutan desinfeksi (sabun)
persiapan alat dan bahan:
- sabun padat/krim/cair
- gelas ukur
- timbangan
- sendok makan
- alat pengocok
- air panas/hangat dalam tempanya
- baskom
Prosedur kerja:
- Masukkan 4 gr sabun /krim kedalam 1 liter air panas/hangat, kemudian di aduk sampai larut.
- Masukkan 3 cc sabun cair kedalam 1 liter air panas/hangat, kemudian di aduk sampai larut.
Larutan ini dapat digunakan untuk mencuci tangan atau peralatan medis.
e. Cara membuat larutan desinfeksi (lisol dan kreolin)
Persiapan alat dan bahan:
- larutan lisol/kreolin
- gelas ukur
- baskom berisi air
Prosedur kerja
- masukkan larutan lisol/kreolin 0,5% sebanyak 5 cc kedalam 1 liter air. Larutan ini dapat digunakan untuk mencuci tangan.
- masukkan larutan lisol /kreolin 2% atau 3% sebanyak 20 cc atau larutan lisol/kreolin 3% sebanyak 30 cc kedalam 1 liter air. Larutan ini dapat di gunakaan untuk merendam peralatan medis.
f. cara membuat larutan desinfeksi (savlon)
persiapan alat dan bahan:
- Savlon
- Gelas ukur
- Baskom berisi air secukupnya
Prosedur kerja:
- Masukkan larutan savlon 0,5% sebanyak 5 cc kedalam 1 liter air.
- Masukkan larutan savlon 1 % sebanyak 10 cc kedalam 1 liter air.
2.4 Penanganan Sampah
Sampah di bagi menjadi 3 bagian yaitu: sampah padat, cair dan gas. Berdasarkan karakteristiknya, sampah dibagi atas:
1. Kandungan zat/ kimia
Berdasrkan kandungan zat kimianya, sampah terbagi atas sampah anorganik dan sampah organik. Sampah anorganik merupakan sampah tidak membusuk, seperti logam, pecahan gelas, plastic, dll. Sedangkan sampah organic merupakan sampah yang dapat membusuk, seperti sisa makanan.
2. Dapat dan tidaknya terbakar
Berdasarakan dapat dan tidaknya terbakar, sampah dibagi menjadi dua, yaitu sampah mudah terbakar dan sampah tidak dapat terbakar.
v PENGELOLAAN SAMPAH
1. Pengumpulan dan pengangkutan sampah
Pada tahap ini, sampah dikumpulkan berdasarkan kelompoknya, seperti sampah basah sendiri, sampah kering sendiri, dan sampah benda tajam tersendiri, sealnjutnya dilakukan pengangkutan.
2. Pemusnahan dan pengelolaan sampah
Pada tahap ini, samaph dimusnahkan atau dikelola dengan cara sebagai berikut: ditanam (yakni dengan memasukkan atau menimbun dalam tanah) dan dibakar (dengan melakukan pembakaran melalui tungku pembakaran). Sampah tersebut kemudian dijadikan pupuk, biasanya jenis sampah ini adalah samaph organik, seperti sisa makanan yang dapat membusuk.
3.1 Kesimpulan
Ø Infeksi adalah kolonalisasi yang dilakukan oleh spesies asing terhadap organisme inang, dan bersifat pilang membahayakan inang.
Ø Ada tiga tahap proses terjadinya infeksi:
1. Mikroba patogen bergerak menuju tempat yang menguntungkan (pejamu/penderita) melalui mekanisme penyebaran (mode of transmission).
2. Upaya berikutnya dari mikroba patogen adalah melakukan invasi ke jaringan/organ pejamu (penderita).
3. Setelah memperoleh akses masuk, mikroba patogen segera melakukan invasi dan mencari jaringan yang sesuai (cocok).
Ø Pembuangan sampah yang benar adalah dengan cara memisahkan sampah organik dan anorganik,seperti sampah basah harus sendiri, sampah kering sendiri, dan sampah benda tajam tersendiri, sealnjutnya dilakukan pengangkutan.
DAFTAR FUSTAKA
Uliyah Musrifatul dan Hidayat A.azis, (2008), Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan, Jakarta: Salemba Medika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar