fikiran anda sering tegang? anda merasa stres? saya bantu anda dengan hypnosis merelaksasi fikiran anda, menghilangkan ketegangan fikiran anda. menjadikan anda kembali positif thinking menjadikan hidup merasa bahagia tanpa batas. bersama Nathalia Sunaidi, Hypnoterapist professional di indonesia, amerika dan Singapura. hanya mengikuti audio ini, anda bisa rieleks selamanya dan bahagia tanpa batas. dapatkan harga murah banget hanya Rp 50.000,- hubungi 085795853700
MAKALAH
PROGRAM PENANGANAN
PENYAKIT KEKURANGAN HORMON DAN HIPERPLASIA PROSTAT PADA LANSIA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Salah satu hasil pembangunan kesehatan adalah
meningkatnya harapan hidup (life
expentency). Proyeksi penduduk oleh Biro Pusat Statistik menggambarkan
bahwa antara 5005-2020 jumlah penduduk lansia sekitar 19 juta jiwa atau 8,5%
dari seluruh jumlah penduduk. WHO telah memperhiungkan bahwa di tahun 2025,
Indonesia akan mengalami 41,4% yang merupakan sebuah peningkatan tertinggi di
dunia. Meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia menimbulkan masalah terutama
dari segi bidang kesehatan dan kesejahteraan.
Peningkatan usia tersebut sering diikuti dengan
meningkatnya penyakit kekurangan hormonal dan hiperplasia prostat. Penyakit
kekurangan hormonal pada lansia antara lain osteoporosis, diabetes melitus dan
hipotyroid. Sedangkan hyperplasia prostat adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat. Secara umum, hal ini terjadi pada pria usia lebih dari 50 tahun
yang menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran
urinarius. (sumber:Rencana asuhan keperawatan marilynn deonges).
B. Rumusan
masalah
1. Bagaimana program penanganan kekurangan hormon pada
lansia?
2. Bagaimana program penanganan hiperplasia prostat?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui berbagai
macam penyakit kekurangan hormon
pada lansia
2. Untuk mengetahui pengertian
dari hyperplasia prostat
3. Untuk mengetahui program penanganan kekurangan hormon pada lansia
4. Untuk mengetahui program penanganan hiperplasia prostat
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penyakit
Kekurangan Hormon
Hormon adalah zat kimia
dalam bentuk senyawa organik yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin. Hormon
mengatur aktivitas seperti metabolisme, reproduksi, pertumbuhan, dan
perkembangan.
Kelenjar endokrin disebut
juga kelenjar buntu karena hormon yang dihasilkan tidak dialirkankan melalui
suatu saluran tetapi langsung masuk kedalam pembuluh darah. Hormon dari
kelenjar endokrin mengikuti peredaran darah ke seluruh tubuh hingga mencapai
organ – organ tertentu. Meskipun semua hormone mengadakan kontak dengan semua
jaringan dalam tubuh, namun hanya sel / jaringan yang mengandung reseptor yang
spesifik terhadap hormon tertentu yang terpengaruh hormon tersebut.
Kemampuan sistem endokrin
dalam menghasilkan hormone akan mengalami penurunan sejalan dengan bertambahnya
usia. Proses menua yang terjadi pada seseorang merupakan suatu proses alami
secara fisiologik dan biologik yang sangat wajar terdapat pada seluruh organ
dan sel dalam tubuh.
Beberapa gangguan penyakit
akibat kekurangan hormon pada lansia antara lain :
1. Osteoporosis
a. Pengertian
Osteoporosis
berasal dari kata osteo dan porous, asteo artinya tulang dan porous
berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi osteoporosis adalah tulang yang
keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah
atau berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang dan penurunanan
kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan
tualng. Dua sel yang sangat penting dalam proses ini adalah
osteoblast yang berfungsi dalam pembentukan tulang dan osteoklast yang
berfungsi dalam proses resorpsi tulang.
Proses
pembentukan dan resorpsi ini terjadi seumur hidup. Pada usia mulai 40 tahun
massa tulang akan mulai berkurang sebagai akibat dari mulai berkurangnya fungsi
osteoblast. Penurunan massa tulang inilah yang menyebabkan osteoporosis pada
lansia. Massa tulang sangat dipengaruhi oleh kalsium karena 98% dari kalsium
yang tersimpan dalam tulang. Kalsium yang berperan disini adalah kalsium ion
yang dipengaruhi oleh 3 hormon, yaitu : hormon paratiroid, 1,25 dihidroksi
vitamin D, dan kalsitonin. Hormon paratiroid berperan dalam proses resorpsi
tulang dengan mengaktifkan osteoklast dan akan mengakibatkan meningkatnya kadar
kalsium dalam darah. 1,25 dihidroksi vitamin D akan merangsang osteoblast baru
kemudian merangsang osteoklast. Sedangkan kalsitonin berperan sebagai pencegah
osteoklast. Dari penelitian juga diketahui bahwa hormon estrogen berperan dalam
penekanan proses resorpsi tulang.
v Program Penanggulangan
A.
Di Puskesmas
Tujuan
pengobatan adalah meningkatkan kepadatan tulang berupa :
·
penyuluhan kepada
pasien dan keluarga
·
aktifitas fisik
berupa senam osteoporosis bagi para manula
B. Di Rumah sakit
Pemeriksaan kondisi tulang perlu dilakukan sebelum
pemberian intervensi lebih lanjut.
i.
Wanita
Pemberian
esterogen (biasanya bersama dengan progesteron) atau alendronat, yang bisa memperlambat atau menghentikan
penyakitnya. Bifosfonat juga digunakan untuk
mengobati osteoporosis.
ii.
Pria
Pada
pria yang menderita osteoporosis biasanya mendapatkan kalsium dan tambahan
vitamin D, terutama jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa tubuhnya tidak
menyerap kalsium dalam jumlah yang mencukupi. Jika kadar testosteronnya rendah, bisa
diberikan testosteron
Program pengendalian harus bersfat komperhensif,
integratif, sepanjang hayat dan dlaksanakan secara bertahap, meliputi :
i.
Penyuluhan ( KIE )
ii.
Kemitraan
iii.
Perlindungan Khusus
iv.
Penemuan dan tatalaksana kasus
v.
Surveilans epidemiologi osteoporosis
vi.
Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan
osteoporosis
vii.
Pemantauan dan penilaian
b. Pemeriksaan Kondisi Tulang
Untuk
mengetahui kondisi tulang, dapat dilakukan dengan 2 cara, yakni mengukur bone
mineral density dan penanda biokimiawi tulang.Kedua pemeriksaan ini
berbeda, namun dapat saling melengkapi hingga didapatkan infromasi yang lebih
lengkap tentang status tulang. Adapun jenis pemeriksaan yang dilakukan adalah :
1) Bone
Mineral Density (BMD)
Suatu
pemeriksaan yang mengukur densitas/ kepadatan mineral dalam tulang dengan sinar
X khusus, CT scan atau ultrasonografi, informasi ini menunjukkan kepadatan
tulang saat pemeriksaan dilakukan. BMD tidak dapat memprediksi densitas tulang
pada masa yang akan datang.
2) Pemeriksaan Laboratorium
Penanda
biokimia tulang pemeriksaan ini menggunakan sampel darah, mewakili
proses reformasi tulang, sehingga memberikan informasi mengenai
ketidakseimbangan potensial antara pembentukan dan resorpsi tulang. Resiko
tulang patah/ retak berhubungan dengan penurunan nilan BMD, sehingga dibutuhkan
kombinasi dengan pemeriksaan penanda tulang yang lebih baik.
1) N-MID
Osteocalcin
Untuk
menilai pembentukan tulang N-MID Osteocalcin adalah salah satu bagian
osteocalcin yakni protein yang di produksi oleh osteoblas. Osteoblas merupakan
sel yang berperan dalam pembentukan tulang, karena itu kadar osteocalcin
menunjukkan juga aktivitas osteoblas yakni pembentukan tulang.
2) CTx
(C-Telopeptide)
Untuk
menilai resorpsi/ pembongkaran tulang juga untuk menilai respon terhadap obat
antiresorpsi. Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan :
a) Jika beresiko tinggi terkena osteoporosis, yaitu untuk
deteksi dini
b) Pengukuran keseimbangan pembongkaran
tulang pada pria dan wanita usia diatas 40 tahun, karena kehilangan tulang
dimulai pada usia sekitar 40 tahun.
c) Pengukuran sebelum dilakukannya
terapi antiresopsi oral
Pengukuran pada 3 bulan setelah terapi dan untuk melihat apakah terapi antiresorpsi oral. Untuk mengetahui efikasi terapi dan untuk melihat apakah terapi yang diberikan sudah tepat atau belum.
Pengukuran pada 3 bulan setelah terapi dan untuk melihat apakah terapi antiresorpsi oral. Untuk mengetahui efikasi terapi dan untuk melihat apakah terapi yang diberikan sudah tepat atau belum.
Jika hasil
laboratorium menunjukkan resiko osteoporosis yang harus dilakukan adalah konsultasikan
dengan dokter keluarga anda. Bila perlu dokter akan meminta anda melakukan
pemeriksaan lanjutan, misalnya dengan pemeriksaan bone mineral
density untuk menentukan tingkat kepadatan dan kondisi tulang serta
memastikan ada tidaknya osteoporosis.
2. Diabetes
Mellitus
Diabetes melitus yang terdapat
pada usia lanjut mempunyai gambaran klinis yang bervariasi luas, dari tanpa
gejala sampai dengan komplikasi nyata dan kadang-kadang menyerupai penyakit
atau perubahan yang biasa ditemui pada usia lanjut. Keluhan umum pasien DM
seperti poliuria, polidipsia dan polifagia, pada DM usia lanjut tidak ada.
Umumnya pasien datang dengan keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada
pembuluh darah dan saraf. Hal ini kemungkinan disebabkan karena pada usia
lanjut, respon tubuh terhadap berbagai perubahan/gejala penyakit mengalami
penurunan. Biasanya yang menyebabkan pasien usia lanjut datang berobat adalah
karena gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta
kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh
dengan pengobatan biasa.
v Program Penanggulangan
A. Puskesmas
i.
Edukasi
Puskesmas selain melakukan
pembinaan kepada kader juga memberikan informasi melalui penyuluhan langsung ke
masyarakat maupun secara tidak langsung menggunakan poster, leaflet dan
lain-lainnya yang meliputi materi dasar yang telah diberikan pada pelatihan
dini, yaitu :
·
Pengendalian DM dan keluhannya
·
Pengenalan faktor resiko DM
·
Pengukuran berat badan ideal
·
Pengukuran tekanan darah
·
Pengukuran aktifitas fisik sederhana
·
Pengetahuan diet sehat
·
Aktifitas fisik/ olahraga yang sehat
ii.
Pengelolaan Makanan
Kader yang sudah dilatih
dapat melakukan penyuluhan kegiatan tentang pengelolaan makanan sederhana yang
meliputi :
·
Pengukuran berat badan ideal
·
Pengetahuan diet sehat
·
Melakukan pengelolaan makanan kepada diabetisi
iii.
Aktifitas Fisik
Puskesmas melakukan pembinaan
kepada kader kesehatan mengenai aktifitas fisik atau olahraga yang sehat dan
merangsang terbentuknya kelompok-kelompok senam yang ada di masyarakat.
iv.
Pengobatan
·
puskesmas dapat melakukan diagnosis DM dan melakukan pengobatan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
·
Memotivasi kader dan keluarga diabetisi untuk melakukan pengawasan minum
obat, pola makan sehat tinggi serat rendah gula, dan aktifitas fisik rutin pada
diabetisi.
·
Pemberian obat
hipoglikemik akan dilakukan apabila dalam jangka waktu dua minggu penerapan
diet dan olah raga tidak mampu menurunkan kadar gula darah
v.
Melakukan rujukan
·
Puskesmas mampu melakukan pengobatan tingkat dasar dan melakukan
rujukan pasien sesuai dengan tingkat kemampuan puskesmas.
·
puskesmas mampu melakukan perencanaan kebutuhan obatnya guna pemenuhan
kebutuhan diabetisi sesuai peraturan yang ada.
B. Rumah Sakit
·
Menerima rujukan medik meliputi konsultasi pasien untuk keperluan diagnostik ,
pengobatan, tindakan operatif ditujuan untuk diabetisi dengan komplikasi
·
Melakukan pembinaan terhadap diabetisi melalui penyuluhan lanjutan
meliputi:
Ø Pengobatan komplikasi DM.
Ø Upaya rehabilitasi yang
dapat dilakukan.
·
Melakukan fasilitasi peningkatan kemandirian masyarakat melalui
pembentukan kelompok-kelompok diabetisi.
·
Pemberian insulin
akan dilakukan oleh tenaga medis
3. Penyakit
Gondok Tyroid
Penyakit gondok
tyroid adalah penyakit yang terjadi karena gangguan pada kelenjar tiroid
atau gondok manusia yang bentuknya seperti kupu-kupu. Ia terletak di daerah
leher sebelah depan pada ruas ke 2 dan 3 dari tenggorokan.
a.
Hipotiroid
1) Definisi
Hipotiroid yaitu suatu keadaan
dimana kelenjar tiroid kurang aktif dalam memproduksi hormone tiroid sehingga
tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari.
2) Program Penanggulangan
a. Puskesmas
Program
penanggulangan penyakit gondok di puskesmas hanyalah sebatas pemeriksaan dan
diagnosa awal yang berupa :
·
Pengkajian tentang keluhan yang dirasakan
·
Pemeriksaan fisik
·
Pemeriksaan laboratorium berupa TSH
·
Melakukan rujukan untuk tindakan lebih lanjut.
b. Rumah sakit
Tujuan
pengobatan hipotiroidisme adalah dengan mengganti kekurangan hormone tiroid.
Pengobatan diberikan dalam jangka panjang, biasanya obat akan terus diminum
sepanjang hidup penderita. Pengobatan harus tetap dilanjutkan walau gejala
sudah mereda. Yang banyak dipakai adalah hormone tiroid T4 buatan.
Bentuk
yang lain adalah hormone tiroid yang dikeringkan (diperoleh dari kelenjar
tiroid hewan). Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormone
tiroid dosis rendah, karena dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek
samping yang serius. Kemudian dosis obat akan diturunkan secara bertahap sampai
kadar TSH kembali normal.
Pengukuran
hormon tiroid harus dilakukan secara teratur setiap tahun
setelah diperoleh dosis obat yang tetap.selain itu, setelah terapi hormone
pengganti dimulai, perlu diperhatikan apakah terjadi tanda-tanda
hipertiroidisme seperti penurunan berat badan yang cepat, banyak berkeringat
dan gelisah.
B. Hiperplasia
prostat
1.
Definisi
Hiperplasia
prostat adalah pembesaran prostat yang jinak bervariasi berupa
hiperplasia kelenjar atau hiperplasia fibromuskular. Namun orang sering
menyebutnya dengan hipertropi prostat namun secara histologi yang dominan
adalah hyperplasia (Sabiston, David C,1994). Hyperplasia prostat adalah Pembesaran
progresif dari kelenjar prostat (secara umum pada pria lebih tua dari 50 tahun
) menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran
urinarius. (sumber:Rencana asuhan keperawatan marilynn deonges).
2.
Program
Penanggulangan Hiperplasia prostat
a)
Di puskesmas
·
Pengkajian tentang keluhan yang dirasakan
·
Pemeriksaan colok dubur : pada perabaan ini diperhatikan konsistensi
prostat, adakah asimetris, adakah nodul pada prosta, apakah batas atas dapat
diraba, derajat berat obstruktif.
·
Pemeriksaan laboratorium berupa analisa urin, elektrolit, kadar ureum dan
creatinin
·
Pemeriksaan foto polos abdomen
·
Melakukan rujukan untuk tindakan lebih lanjut.
Derajat
|
Colok Dubur
|
Sisa Volume Urine
|
I
|
Penonjolan prostat, batas
atas mudah diraba
|
< 50 ml
|
II
|
Penonjolonan prostat jelas,
batas atas dapat dicapai
|
50-100 ml
|
III
|
Batas atas prostat tidak
dapat diraba
|
>100 ml
|
IV
|
Retensi urine total
|
b)
Di rumah sakit
Dalam
penatalaksanaan pasien dengan BPH tergantung pada stadium-stadium dari gambaran
klinis
i. Stadium I : Pada stadium ini
biasanya belum memerlukan tindakan bedah, diberikan pengobatan konservatif,
misalnya menghambat adrenoresptor alfa seperti alfazosin dan terazosin.
Keuntungan obat ini adalah efek positif segera terhadap keluhan, tetapi tidak
mempengaruhi proses hiperplasi prostat. Sedikitpun kekurangannya adalah obat
ini tidak dianjurkan untuk pemakaian lama.
ii.. Stadium
II : Pada stadium II merupakan indikasi untuk melakukan pembedahan biasanya
dianjurkan reseksi endoskopi melalui uretra (trans uretra)
iii. Stadium
III : Pada stadium II reseksi endoskopi dapat dikerjakan dan apabila
diperkirakan prostat sudah cukup besar, sehinga reseksi tidak akan selesai
dalam 1 jam. Sebaiknya dilakukan pembedahan terbuka. Pembedahan terbuka dapat dilakukan
melalui trans vesika, retropubik dan perineal.
iv. Stadium IV : Pada stadium IV yang harus dilakukan
adalah membebaskan penderita dari retensi urin total dengan memasang kateter
atau sistotomi. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan lebih lanjut amok melengkapi
diagnosis, kemudian terapi definitive dengan TUR atau pembedahan terbuka.
Pada
penderita yang keadaan umumnya tidak memungkinkan dilakukan pembedahan dapat
dilakukan pengobatan konservatif dengan memberikan obat penghambat
adrenoreseptor alfa. Pengobatan konservatif adalah dengan memberikan obat anti
androgen yang menekan produksi LH. (Sumber : Sjamsuhidjat 2005)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit kekurangan hormonal pada lansia antara lain
osteoporosis, diabetes melitus dan hipotyroid. Tujuan penanganan osteoporosis
adalah meningkatkan kepadatan tulang dengan mengonsumsi kalsium dan vitamin D dalam jumlah yang mencukupi. Program penanganan
DM yaitu Pengaturan gaya hidup sehat, Pemberian obat hipoglikemik oral (OHO)
dan Pemberian insulin. Tujuan pengobatan hipotiroidisme adalah dengan
mengganti kekurangan hormone tiroid
yang banyak dipakai adalah hormone tiroid T4 buatan.
Hyperplasia prostat adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat. Program penanganan BPH tergantung pada
stadium-stadium dari gambaran klinis.
B. Saran
Bagi
para
lansia disarankan untuk memeriksakan kesehatannya secara teratur,
menjaga kesehatannya dengan cara olah raga dan makanan sehat.