Senin, 31 Oktober 2011

SHOLAT UNTUK PENGOBATAN DAN KESEHATAN

Selain melaksanakan perintah agama, mengobati kerinduan jiwa pada sang Pencipta, sholat juga punya efek yaitu menyehatkan tubuh. Seorang pakar ilmu pengobatan tradisional, Prof H Muhammad Hembing Wijayakusuma, telah melakukan penelitian yang mendalam tentang hal itu. Hasil penelitian itu disebarkannya kepada umat Islam, baik melalui media massa maupun buku yang berjudul “Hikmah Sholat untuk Pengobatan dan Kesehatan”. Bahkan, duduk Tasyahud diyakini bisa menyembuhkan penyakit tanpa operasi.

Apa hubungan sholat dengan kesehatan ? menurut Hembing, setiap gerakan-gerakan shalat mempunyai arti khusus bagi kesehatan dan punya pengaruh pada bagian-bagian tubuh seperti kaki, ruas tulang punggung, otak, lambung, rongga dada, pangkal paha, leher, dll. Berikut adalah ringkasan yang bermanfaat untuk mengetahui tentang daya penyembuhan di balik pelaksanaan sholat sebagai aktivitas spiritual.

1. Berdiri tegak dalam sholat
Gerakan-gerakan sholat bila dilakukan dengan benar, selain menjadi latihan yang menyehatkan juga mampu mencegah dan meyembuhkan berbagai macam penyakit. Hembing menemukan bahwa berdiri tegak pada waktu sholat membuat seluruh saraf menjadi satu titik pusat pada otak, jantung, paru-paru, pinggang, dan tulang pungggung lurus dan bekerja secara normal, kedua kaki yang tegak lurus pada posisi akupuntur, sangat bermanfaat bagi kesehatan seluruh tubuh.

2. Rukuk
Rukuk juga sangat baik untuk menghindari penyakit yang menyerang ruas tulang belakang yang terdiri dari tulang punggung, tulang leher, tulang pinggang dan ruas tulang tungging. Dengan melakukan rukuk, kita telah menarik, menggerakan dan mengendurkan saraf-saraf yang berada di otak, punggung dan lain-lain. Bayangkan bila kita menjalankan sholat lima waktu yang berjumlah 17 rakaat sehari semalam. Kalau rakaat kita rukuk satu kali, berarti kita melakukan gerakan ini sebanyak 17 kali.

3. Sujud
Belum lagi gerakan sujud yang setiap rakaat dua kali hingga junlahnya sehari 34 kali. Bersujud dengan meletakan jari-jari tangan di depan lutut membuat semua otot berkontraksi. Gerakan ini bukan saja membuat otot-otot itu akan menjadi besar dan kuat, tetapi juga membuat pembuluh darah dan urat-urat getah bening terpijat dan terurut. Posisi sujud ini juga sangat membantu kerja jantung dan menghindari mengerutnya dinding-dinding pembuluh darah.

4. Duduk tasyahud
Duduk tasyahud akhir atau tawaruk adalah salah satu anugerah Allah yang patut kita syukuri, karena sikap itu merupakan penyembuhan penyakit tanpa obat dan tanpa operasi. Posisi duduk dengan mengangkat kaki kanan dan menghadap jari-jari ke arah kiblat ini, secara otomatis memijat pusat-pusat daerah otak, ruas tulang punggung teratas, mata, otot-otot bahu, dan banyak lagi terdapat pada ujung kaki. Untuk laki-laki sikap duduk ini luar biasa manfaatnya, terutama untuk kesehatan dan kekuatan organ seks.

5. Salam
Bahkan, gerakan salam akhir, berpaling ke kanan dan ke kiri pun, menurut penelitian Hembing punya manfaat besar karena gerakan ini sangat bermanfaat membantu menguatkan otot-otot leher dan kepala. Setiap mukmin pasti bisa merasakan itu, bila ia menjalankan sholat dengan benar. Tubuh akan terasa lebih segar, sendi-sendi dan otot akan terasa lebih kendur, dan otak juga mempu kembali berfikir dengan terang. Hanya saja, manfaat itu ada yang bisa merasakannya dengan sadar, ada juga yang tak disadari. Tapi harus diingat, sholat adalah ibadah agama bukan olahraga.


HUBUNGAN SHOLAT DENGAN FISIK

Shalat memang suplier rohani dan pemompa mental. Tanpa shalat, jiwa manusia mungkin saja tak mampu menanggung beban dalam menjalani hidup. Bagi orang yang kerap mengalami penderitaan, shalatlah yang menjadi tempat menumpahkan segala permasalahan, menjadi kesempatan mengadu dan waktu mencurahkan harapan. Bagi seorang pejuang, seorang juru dakwah, shalat juga yang menjadikannya kuat memikul semua masalah dan tantangan yang menghadangnya. Bersyukurlah kita, Allah SWT mewajibkan shalat lima waktu sehari. Dalam lima kesempatan itu artinya, kita memperoleh masukan energy baru. Semoga Allah menjadikan kita orang-orang yang merasakan nikmatnya shalat.

Mungkin kita pernah mendengar Rasulullah bersabda, “Berapa banyak orang yang menegakkan shalat hanya memperoleh letih dan payah” ( HR Nasa’i ). Shalat yang digambarkan Rasul dalam hadits tersebut, bukan hanya shalat yang bisa menjadi penyegar bagi jiwa. Shalat yang hanya bersifat ritual dan tidak memberikan kenikmatan bagi pelakunya. Shalat yang hanya gerakan fisik yang senyap dari kedamaian batin.

Salah satu syarat yang dapat memberi pencerahan batin,biasa disebut dengan khusyu’. Khusyu’ menurut Imam Ghazali adalah hudhurul qalbi kehadiran hati, konsentrasi, rasa tunduk, pasrah dan penghormatanyang tinggi kepada Allah SWT.

Amirul mukminin Umar ra mengatakan, “ Khusyu’ itu bukan menundukkan kepala, tapi khusyu’ itu ada di dalam hati.” Al Qur’an menyebutkan khusyu’ itu adalah tanda pertama orang-orang yang beruntung. “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu oran-orang yang khusyu’ dalam shalatnya.” (QS. Al Mukminun: 1-2). Tidak sedikit orang yang sulit menghadirkan kekhusyuan dalam shalatnya. Kita begitu dan nyaris tidak percaya, bila sahabat Rasulullah Ali rejustru melaksanakan shalat untuk menghilangkan rasa sakit ketika mata panah akan dicabut dari tubuhnya.

Orang yang belum biasa bekerja berat, akan merasa sangat sulit bekerja mencangkul dan mengolah sawah. Tangannya mungkin akan lecet, kulitnya terbakar oleh terik matahari dan seluruh tubuhnya terasa linu, itu dalam konteks pekerjaan fisik. Keadaannya tidak jauh berbeda dengan konteks pekerjaan batin. Khusyu’ adalah pekerjaan batin, orang yang tidak terbiasa khusyu’, dekat, pasrah, tunduk pada Allah di luar shalat, akan sulit menghadirkan kekhusyukan di dalam shalat. Khusyu’ di dalam shalat sangat terkait dengan khusyu’ di luar shalat. Kalau hati tidak pernah hidup, tidak ada link hubungan dengan Allah di luar shalat, tentu sulit menjalin hubungan yang baik hanya dalam shalat. Bagaimna kita merasakan nikmatnya bertani, mencangkul tanh, seperti yang dirasakan para petani, kalau kita sebelumnya jarang melakukan pekerjaan tersebut,? Begitu lebih kurang gambarannya, itulah rahasianya kenapa kita sulit khusyu’. Khusyu’ kepada Allah tidak hanya dengan menyebut Subhanallah, Alhamdulillah atau Allahu Akbar. Khusyu’diwujudkan dengan hati yang senantiasa berhubungan denagn Allah, meskipun lidah tidak menyebut nama Allah. Melihat ciptaan Allah, hati merasakan kebesaran Allah. Melihat peristiwa apapun semakin menyuburkan ingatan kepada Allah. Mendapat nikmat, hati mengatakan, “Syukur Allah tidak menjadikan aku menderita.” Hati tersentuh dan malu bila melakukan ketidaktaatan. Bila ditimpa musibah, hati mengatakan, “Mungkin saya berdosa pada Allah.” Sikap sikap seperti itulah yang semakin menambah kedekatan hatidengan Allah SWT. Itulah yang dimaksud dalam firman-Nya, “Mereka yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk dan berbarung.” Itulah sebabnya para ahli ibadah mengatakan, aku merasa damai meskipun sendiri.” Kenapa? Karena mereka dalam kondisi terus berdzikir dengan melihat semua fenomena alam dan hatinya mengingat Allah Jalla Wa’ala.

Ibarat orang yang sayang dan rindu kepada kekasihnya, setiap barang kepunyaan kekasihterlihat di depan mata membuat hati ingat dan terkait dengan kekasih. Kalau sudah ada benih khusyu’ di luar shalat, maka saat berwudhu pun sudah khusyu’.

Seorang muslim harus berusaha menghidupakan kedekatan hatinya denagan Allah, kapan pun dan dimanapun. Tokoh ulama Mesir Hasan Al Banna menyifatkan karakter seorang mujahid adalah bukan orang yang tidur sepenuh kelopak matanya, dan tidak tertawa selebar mulutnya. Maksudnya itu menggambarkan suasana keseriusan dan kesungguhan orang yang berjuang di jalan Allah. Apa rahasia dibalik kesungguhan dan keseriusan itu? Dalam shalat mereka sangat membesarkan dan mengagungkan Allah. Di luar shalat mereka juga tetap membesarkan Allah, hidup sesuai syari’at, menjauhkan diri dari kemungkaran dan maksiat. Maka Allah akan menaungi mereka, sebab ada hubungan sangat erat antara shalat dan perilaku-perilaku sosial. Merekalah yang dimaksud dalam sabda Rasulullah, “Barangsiapa memperbaiki hubungannya dengan Allah, maka Allah akan menyempurnakan hubungan-Nya dengan orang tersebut.” ( HR. Hakim )



HUBUNGAN SHOLAT DENGAN MENTAL & KECERDASAN

Ibadah shalat adalah ajaran agama yang diwahyukan dari Allah kepada Nabi Muhammad saw. Karena itu ibadah shalat pasti mempunyai banyak hikmah didalamnya. Kalau kita pelajari al-Qur’an dan as-Sunnah maka akan kita temukan penjelasan tentang hikmah dari pelaksanaan ibadah shalat, diantaranya yaitu pengaruh pelaksanaan terhadap kesehatan mental manusia. Dengan shalat manusia menyerahkan diri kepada-Nya, hal ini akan membantu dalam meredakan ketegangan emosi manusia, karena seorang mukmin mempunyai keyakinan bahwa Allah akan mengabulkan doanya dan memecahkan problem-roblemnya, memenuhi berbagai macam kebutuhannya dan membebaskan diri dari kegelisahan dan kerisauan yang menimpanya. Menghadap kepada Allah melalui shalat dan berdoa kepada-Nya dengan harapan dikabulkan akan menimbulkan otosugesti yang akan meredakan ketegangan emosi dan kegoncngan jiwa yang terjadi pada manusia. Fungsi shalat yaitu :
1. Shalat sebagai sebagai pengobat gangguan jiwa dan penyakit jiwa,
2. Fungsi ibadah shalat sebagai pembinaan kesehatan jiwa, dan
3. Fungsi shalat sebagai pencegah gangguan dan penyakit jiwa.

Sesungguhnya pelaku ibadah itu mengira telah menegakkan shalat (seutuhnya), padahal tidaklah dicatat baginya (oleh malaikat Raqib [pencatat amal baik]), kecuali setengah shalat, atau sepertiganya, atau seperempatnya, atau seperlimanya, sampai sepersepuluhnya.” (HR. Ahmad dan Abu Daud).

Anda sering menunaikan shalat, bukan? Pagi-sore, siang-malam, bertahun-tahun, Anda sudah mengerjakannya. Jutaan kali telah Anda tundukkan badan dalam ruku’ dan sujud. Jutaan kali pula telah Anda baca bermacam-macam dzikir dan doa di dalam shalat. Hanya saja, bagaimana kualitas shalat Anda? Dalam perhitungan atau perkiraan Anda sendiri, seberapa besar bagian dari shalat Anda yang dinilai baik oleh malaikat pencatat amal dan memberikan pengaruh positif pada kehidupan Anda?

Anda pun pasti telah tahu besarnya manfaat shalat terhadap diri Anda sendiri. Bahkan kendati di dalam ibadah ini Anda hanya menggerakkan badan bagai robot, kegiatan ini pun sudah berguna. Sekurang-kurangnya, menyehatkan raga. Begitu pula jika Anda perlakukan shalat sebagai semacam meditasi. Sekurang-kurangnya, menyehatkan jiwa.

Tetapi, shalat secara hakiki tidak sekadar bermanfaat menyehatkan jiwa-raga (fisik, emosional, dan spiritual). Tahukah Anda bahwa dengan menunaikan shalat yang berkualitas, Anda akan mencapai beragam jenis kecerdasan? Bukan hanya kecerdasan pikiran (intelegensia/IQ), tetapi sekaligus kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan spiritual (SQ), dan kecerdasan sosial.

Bagaimana semua jenis kecerdasan tersebut bisa direngkuh melalui shalat? Buku ini sangat berbeda dengan buku-buku tentang hikmah shalat yang telah beredar, karena secara metodologis buku ini fokus pada kajian bagaimana terciptanya hubungan antara shalat sebagai ibadah dengan kecerdasan manusia sebagai kekuatan pikiran dan jiwa. Di samping itu, kekuatan buku ini juga terletak pada ditampilkannya rangkaian panduan praktis guna menjalankan shalat yang mampu melejitkan semua jenis kecerdasan manusia (shalat SMART). Karena itu, buku ini sangat aplikatif, metodis, dan dapat langsung Anda terapkan untuk meningkatkan mutu shalat dan sekaligus kecerdasan Anda!


SHOLAT, KOMUNIKASI SPIRITUAL DENGAN PENCIPTA

Dua tahun sebelum Hijrahnya Nabi ke Madinah, merupakan saat-saat yang super sulit dalam perjuangan beliau untuk menyebarkan kebenaran. Tekanan, intimidasi, bahkan upaya pembunuhan kepada beliau pribadi mengalami intensitas puncak, seiring dengan kematian dua benteng internal da’wah setelah Allah, Khadijah dan Abu Talib. Bagi Rasulullah, serasa dunia ini suram dan terasa sumpek dalam melangkan kaki perjuangan. Terasa da’wah mengalami stagnasi abadi. Dalam situasi inilah beliau diperjalankan melalui wadah “Isra’ mi’raj” di suatu malam dari masjidil haraam di Mekah ke masjidil Aqsa di Jerusalem, dan dari Jerusalem beliau diangkat menuju “Sidratul Muntaha” untuk melakukan komunikasi langsung, dialog nurani dengan sang Penciptanya. Komunikasi dan dialog nurani inilah yang terkristalkan dalam sebuah amalan ritual Islam yang dikenal shalat.

Shalat, yang secara lughowi (makna kata) berarti “hubungan atau komunikasi” kemudian menjadi amalan ritual terpenting dalam agama Islam. Selain dikenal kemudian sebagai “Pilar agama” (‘imaaduddin), juga merupakan salah satu dari lima rukun Islam. Menjalankan shalat merupakan kewajiban ‘aini (setiap individu Muslim), melalaikannya merupakan “pengrusakan” terhadap dasar-dasar keislaman seseorang.

Melakukan shalat bukan sekedar melakukan gerakan-gerakan atau membaca bacaan-bacaan formal semata. Melainkan melakukan kegiatan “syamil” (komperenhesif) dan “mutawazin” (imbang) di antara tiga unsur kemanusiaan kita. Shalat mencakup kegiatan fisik, ruh, dan juga fikiran. Ketiga hal ini adalah pilar-pilar kehidupan manusia, yang justeru ketiganya bersatu padu dalam amalan shalat yang dilakukan.

Di saat ketiga unsur hidup manusia itu menyatu dalam sebuah pergerakan terpadu, di situlah akan menumbuhkan “keseimbangan” pergerakan hidup manusia. Keseimbangan ini yang kemudian menjadi pijakan kehidupan manusia yang sehat. Hanya dengan hidup yang imbang, manusia mampu mendapatkan kehidupan yang sehat secara paripurna. Selain tumbuhnya kehidupan yang sehat secara paripurna, dengan keterlibatan tiga unsur tadi, manusia menjalin komunikasi paripurna pula dengan Sang Pencipta. Komunikasi paripurna ini yang kemudian dikenal dalam bahasa agama sebagai “ khusyuu’”. Khusyu menjadi “hati” shalat yang dilakukan. Shalat yang tidak memiliki khusyu’ ibarat manusia yang tidak berhati. Manusia yang tidak lagi berfungsi nuraninya, sehingga pandangannya akan selalu tertumpu pada hal-hal lahiriyah semata.

Di saat mata nurani menjadi tumpul atau buta, maka lahiriyah akan menjadi sosok yang buas. Kehidupan yang tidak memiliki “mata nurani” adalah kehidupan hewani, bahkan lebih rendah nilainya dari kehidupan hewani. Dan jika ini terjadi, manusia yang awalnya diciptakan dengan pencptaan yang terbaik, dimuliakan, dan memiliki keunikan-keunikan, terjatuh ke lembah kehinaan yang paling rendah (asfala saafilin). Oleh karenanya, shalat bukan hanya dikerjakan, tapi seharusnya “didirikan” setiap saat. Formalitasnya memang ada lima waktu, tapi seharusnya shalat itu tegak dalam kehidupan kita di 24 jam 7 hari sepekan. Maka, ada “shalat di antara shalat-shalat” (shalaatul wustha) yang kita lakukan. Shalat “Wustha” (in between) adalah tegaknya relasi dan komunikasi antara hamba dan Rabbnya di setiap saat dan ruang. Bahkan keluar masuknya nafas seorang hamba seiring dengan “ kesadaran penghambaan” terhadap Rabbnya.

Eternalitas relasi di atas akan menjadi “benteng” kehidupan seorang Muslim, sekaligus menjadi “basis” kesalehan hidupnya. Dia menjadi solid dalam kebajikan serta terlindung dengan lindungan kokoh “kesadaran Ilahi”. Dia akan memiliki pandangan mata “nurani” yang sangat tajam, serta memiliki “intelektual hati” yang tinggi.

Dengan bekal soliditas perlindungan dari kejatatan-kejahatan dan soliditas basis kebajikan-kebajikan, serta dibarengi oleh kesadaran Ilahi dan inteletualitas hati, dia akan menjalani kehidupannya dengan penuh konsistensi di atas ridha Ilahi. Konsistensi perjalanan hidup di atas ridha inilah yang disebut “taqwa” , yang merupakan cita-cita tertinggi dalam kehidupan beragama. Cita-cita tertinggi yang diperjuangkan hingga hembusan nafas terakhir di bumi yang fana ini.

Minggu, 16 Oktober 2011

ASUHAN KEBIDANAN PADA An. “N “UMUR 25 HARI DENGAN IMUNISASI BCG

 KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-
Nya yang dilimpahkan,sehingga penyusun dapat menyelesaikan asuhan kebidanan
selama praktik klinik di BPS Diana Ernawati Lamongan
Penyusunan asuhan kebidanan ini merupakan tugas berstruktur di Akademi
Kebidanan STIKES ABI Surabaya untuk memenuhi target yang telah
ditetapkan.Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang
telah membantu dalam penyusunan asuhan kebidanan ini,terutama:
1.  dr. Harjono, AFK, AKK selaku ketua STIKES ABI Surabaya
2.  Lia Hartantai, SST selaku KAJUR Prodi DIII Kebidanan STIKES ABI Surabaya
3.  Wulan Diana, SST selaku wali kelas semester V DIII Kebidanan STIKES ABI
Surabaya
4.  Bid. Diana Ernawati selaku pembimbing praktik di BPS DIANA E Lamongan
5.  Partinah, Amd Keb selaku pembimbing akademik Prodi DIII Kebidanan STIKES
ABI Surabaya
6.  Dan berbagai pihak yang telah membantu dalam penyelesaian asuhan kebidanan
ini
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam
penyusunan asuhan kebidanan ini.Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari para pembaca demi peningkatan penyusunan asuhan
kebidanan selanjutnya.

Banjar, 20 Oktober 2010



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Di indonesia program imunisasi sudah terorganisasi sejak tahun 1956
yang di laksanakan di pulau jawa untuk mencegah penyakit cacar, dewasa ini
angka kesakitan dan kematian bayi dan anak-anak cukup tinggi akibat serangan
menular padahal penyakit-penyakit ini dapat di cegah dengan pemberian
imunisasi, maka bayi akan mendapat kekebalan dan daya tahan tubuh yang
meningkat. Kekebalan di bagi menjadi 2, yaitu kekebalan aktif dan kekebalan
pasif.kekebalan aktif adalah kekebalan yang oleh bayi yang pernah mendapat
serangan penyakit dan secara alamiah tubuh memebentuk antibody.
Sedangkan kekebalan pasif adalah kekebalan yang di dapat oleh bayi /
anak yang di beri zat, dan pada saat masih di dalam kandungan ia juga mendapat
zat antibody dari ibunya melalui plasenta.
1.1 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah penulis mempelajari tentang asuhan kebidanan untuk imunisasi
BCG, maka diharapkan penulis dapat melaksanakan asuhan kebidanan tersebut
selama praktik di lapangan.
1.2.2 Tujuan Khusus
1.  Mahasiswa mampu meleksanakan pengkajian data pada klien akseptor KB.
2.  Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah pada akseptor KB.
3.  Mahasiswa mampu mengantisipasi masalah potensial pada akseptor KB.
4.  Mahasiswa mampu menentukan kebutuhan segera pada akseptor KB.
5.  Mahasiswa mampu membuat rencana asuhan kebidanan disertai rasionalisasi
dan intervensi pada klien akseptor KB.
6.  Mahasiswa dapat melaksanakan rencana asuhan kebidanan pada klien
akseptor KB.
7.  Mahasiswa mampu mengevaluasi pada klien akseptor KB.

1.3 MANFAAT PENELITIAN
1.3.1 Bagi Penulis
Meningkatkan pengetahuan dan mendeteksi secara dini permasalahan
serta melakukan pemeriksaan / pencegahan dan tindakan dengan memberikan
perawatan dan rujukan. 1.3.2 Bagi Klien
Agar klien mengetahui dan memahami perubahan dan masalah yang
akan terjadi.
1.3.3 Bagi Pendidikan
Untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa Akademi Kebidanan dalam
hal yang berhubungan dengan imunisasi.

1.4 PELAKSANAAN
Pelaksanaan praktik lapangan dilakukan pada tanggal 12 januari- 24 januari 2009




BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 KONSEP DASAR IMUNISASI
Imunisasi adalah suatu usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak
terhadap penyakit.
Imunisasi adalah sengaja memasukkan vaksin dan mikroba hidup yang
sudah dilemahkan.  (Mencegah dan Mengatasi Demam pada balita : 25)

2.2 TUJUAN
-  Melindungi tubuh bayi dan anak dari penyakit menular yang dapat
membahayakan bagi ibu dan anak.
-  Memberikan kekebalan  pada tubuh bayi dan anak terhadap penyakit seperti :
Dipteri, Polio, TBC, Tetanus, Pertusis, Campak, dll.

2.3 MACAM-MACAM IMUNISASI
a.  Kekebalan aktif
Alamiah : kekebalan yang terbentuk secara aktif oleh tubuh sendiri setelah
sembuh dari sakit
Buatan : tubuh akan membuat kekebalan setelah memperoleh vaksin
  Imunisasi  pasif terjadi melalui perpindahan antibody transplasenta
pada janin, yang memberikan proteksi terhadap beberapa penyakit
selama 3-6 bulan pertama kehidupan
b.  Kekebalan pasif
Alamiah : kekebalan yang terbentuk sejak lahir yang diperoleh dari ibunya
semenjak dalam kandungan secara transparan
(kekebalan ini tidak belangsung lama selama < 5 bulan setelah anak lahir)
Buatan : kekebalan yang diperoleh setelah mendapatkan zat kebal berasal
dari sinum, ATS / ADS

  Prinsip dasar imunisai
1.  Pada dasarnya tubuh akan menolaj antigen (kuman, bakteri, virus,
parasit, racun). Jika memasuki tubuh, tubuh akan menolak dan
membuat antibody atau antitoksin)
2.  Reaksi tubuh pertama kali terhadap antigen berlangsung lambat
dan lemah, sehingga tidak cukup kuat melawan antigen
3.  Pada reaksi nerikutnya tubuh sudah mengenali jenis  antigen
tersebut
4.  Imunisasi diberikan dalam rangka memperkenalkan berbagai
antigen agar cepat direspon oleh tubuh, sehingga tubuh sudah
mengenal betul zat antigen yang harus di lawan 5.  Sesudah beberapa lama, pemberian imunisasi zat anti untuk
melawan antiegen akan menurun atau hilang
6.  Zat antigen dibuat di hati, limfe, kelenjar getah bening.
(Widjaja, 2002)

2.4 KEADAAN TUBUH SEWAKTU IMUNISASI
Sewaktu imunisasi hendaknya tubuh tidak boleh dalam keadaan sakit,
karena hal ini akan mengakibatkan daya untuk membuat zat antibody rendah.

2.5 CARA DAN TEKNIK VAKSINASI
1.  BCG
- Cara penyuntikan : Intracutan (IC).
- Lokasi : 1/3 lengan atas sebelah kanan.
- Dosis : - 0,05 ml, untuk usia kurang dari 14 bulan.
   - 0,1 ml, untuk usia lebih dari 14 bulan.
- Pemberian : 1x
2.  DPT
- Cara pemberian : Intracutan (IC).
- Dosis : 0,5 ml.
- Lokasi : 1/3 paha tas bagian luar.
-  Pemberian : 3x.
3.  Polio
- Cara pemnerian : diteteskan di bawah lidah.
- Dosis : 2 tetes.
-  Pemberian : 3x.
4.  Morbili
- Cara pemberian : Subcutan (SC), atau Intracutan (IC).
- Dosis : 0,5 ml.
- Lokasi : 1/3 lengan bagian atas.
5.  Typhus
- Cara pemberian : Subcutan (SC).
- Dosis : 0,5 ml.
- Lokasi : 1/3 lengan bagian atas.
6.  Hepatitis  - Cara pemberian : Subcutan (SC).
- Dosis : 0,5 ml

2.6 KONTRA INDIKASI, EFEK SAMPING, DAN JADWAL PEMBERIAN
1.  Kontra indikasi
a.  Sedang sakit.
b.Dalam masa tunas suatu penyakit.
c.  Defisiensi imunologi.
2.  Efek samping
a.  Nyeri pada bekas suntikan.
b.Suhu badan naik (pada DPT).
c.  Diare pada vaksin Polio.
d.Timbul bisul kecil (pada BCG).
3.  Jadwal pemberian
a.  BCG : 1x, usia 0-11 bulan. 
b.DPT : 3x, Interval 4 minggu, usia 2-11 bulan.
c.  Polio  : 4x, Interval 4 minggu, usia 0-11 bulan.
d.Campak : 1x, usia 9-11 bulan.
e.  Hepatitis B: 3x, Interval 4 minggu, usia 0-11 bulan.

2.7 VAKSIN BCG (Bacillus Coolmit Guanine)
 Vaksin BCG diberikan untuk mencegah penyakit TBC, dan di
Indonesia vaksinasi BCG di anjurkan agar di berikan pada usia 0-11 bulan cukup
1 dosis 0,05 ml secara Intracutan atau di bawah kulit. Biasanya 1 minggu setelah
penyuntikan akan timbul bisul kecil, anjurkan pada orang tua bayi untuk tidak
mengobati bisul tersebut karena merupakan efek samping dan tanda bahwa
imunisasi BCG tersebut telah berhasil.

2.8 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN
IMUNISASI
1.  Sistem pendingin
Yaitu system penyimpanan dan distribusi vaksin sebagai potensi vaksin dapat
memenuhi syarat secara continue dari produsen sampai tempat pelaksanaan
imunisasi / vaksinasi. 2.  Penyimpanan vaksin
Dalam lemari es dan kamar pendingin yang harus di perhatikan jika vaksin di
simpan dalam lemari es adalah :
-  Vaksin di letakkan pada rak paling dalam sehingga pengaruh udara luar dapat
di minimalkan.
-  Vaksin jangan di letakkan pada lemari es, karena suhunya tinggi.
-  Termometer harus tetap di letakkan pada lemari es untuk mengoreksi suhunya.
3.  Pengiriman vaksin
Yang lazim di gunakan pada waktu pengiriman vaksin adalah termos cold box
dan pengangkutan dalam jumlah besar pada cold truck dengan volume paling
sedikit 1/3 dari volumenya.





BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1  Pengkajian
Tanggal : 20 -01- 2009  Jam  : 08.40 WIB  Oleh  : Purnawati
A.  Data Subyektif
1.  Biodata
Nama Bayi  : An. Ny. “N”
Umur   : 25 hari
Tanggal Lahir  : 26 – 12 – 2008
Jenis Kelamin  : Perempuan
Status Anak  : Anak kandung
Anak Ke    : 2
Nama : Ny “N”
Umur : 28 Tahun
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Nama : Tn “H”
Umur : 32 Tahun
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Pendidikan : SMA
Pekerjaan : -
Penghasilan : -
Alamat : Parengan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Kary. PT. MASPION
Penghasilan : -
Alamat : Parengan

2.  Alasan masuk / keluhan utama
Ibu mengatakan ingin mengimunisasikan anaknya umur  25 hari dengan
jadwal imunisasi awal / BCG.

3.  Riwayat kehamilan dan persalinan
a.  Riwayat kehamilan
- Riwayat penyakit kehamilan : Tidak ada
- Kebiasaan sewaktu hamil 
•  Makan:ibu mengatakan makan 3x/hari, porsi sedang
dengan 1 piring nasi, lauk pauk, sayur, dan terkadang
buah.
•  Minum:ibu mengatakan minum air putih  ± 6-7 gelas /
hari, dan susu 2 gelas / hari.
•  Pola kebiasaan : ibu mengatakan tidak mengkomsumsi
jamu-jamuan, minuman beralkohol, hanya
mengkonsumsi tablet Fe dan calcium yang di berikan
oleh bidan, dan ibu juga tidak merokok.
•  UK : ibu mengatakan melahirkan dengan UK 9 bulan.
•  Penyulit : Tidak ada.
b.  Riwayat persalinan
•  Jenis persalinan : Spontan B
•  Tempat persalinan : BPS
•  Di tolong oleh : Bidan
•  Komplikasi persalinan : tidak ada
•  Bayi lahir :
-  Jenis kelamin : perempuan
-  Tanggal / jam : 26-12-2008
-  BB /PB : 3100 gram / 50 cm. -  A S : 7-8
•  Ketuban pecah : spontan, warna jernih
4.  Pola kebiasaan anak sehari-hari
a.  Nutrisi : ibu mengatakan anaknya hanya minum ASI sesering
mungkin.
b.  Eliminasi : ibu mengatakan anaknya BAB ± 2-3 x/ hari dan BAK ± 5-
7x / hari, warnah kuning jernih.






B.  Data Obyektif
1.  Pemeriksaan umum
Keadaan umum  : baik
Suhu   : 365 o
C
Nadi    : 124 x/menit
Nafas   : 40 x/menit
Berat badan  : 2730 gram
Panjang badan   : 51 cm
Lingkar kepala  : 34 cm
2.  Pemeriksaan fisik
•  Inspeksi
Kepala : Kulit kepala bersih, rambut hitam, pertumbuhan
rambut halus dan merata, tentanel mayor dan minor
belum menutup, tidak ada caput succedenum, tidak
ada chepus hematomo
Muka : Tidak oedem, tidak pucat
Mata : Simetris, selaput lendir mata tidak pucat, sclera tidak
kuning
Hidung : Bersih, tulang simetris, tidak ada tanda pernafasan
cuping hidung (hidung pelana) Telinga : Simetris
Mulut : Bibir tidak kering, tidak pucat, mukosa mulut lembab,
tidak ada labio palata siciszia, lidah bersih
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Pelipatan paha : Bersih, tidak ada pembesaran limfe, tidak ada hernia
ininquinalie
Anus : bersih, tidak ada attesiani
Ekstremitas atas : simetris, pergerakan bebas, tidak ada polidaktili
tidak ada sindaktili
Ekstremitas bawah : simetris pergerakan bebas, tidak ada polidaktili
tidak ada sindaktili, telapak kaki cembung

•  Palpasi
Kepala   : tidak ada benjolan
Leher  : tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan
pembesaran vena jugularis
Dada   : tidak ada masa
Perut   : tidak ada pembesaran hepar
Peliparan paha : tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Ekstremitas atas : tidak oedem
Ekstremitas bawah : tidak oedem

•  Auscultasi
Dada   : tidak ada wheezing, tidak terdapat rochi
Perut    : bising kembung

•  Perkusi
Perut   : tidak kembung

•  Perkembangan reflek
-  Moro relek (terkejut)   : baik
-  Sudeling reflek (menghisap)  : baik
-  Grasping reflek (menggenggam)  : baik -  Stoping reflek (manapak)   : baik
-  Rooting reflek (mencari putting susu)  : baik
-  Tonick reflek (tonus otot)  : baik

•  Kesimpulan
Bayi sehat dengan berat badan 2730 gr, panjang badan 51 cm
pertumbuhan bayi baik, minum ASI dengan hepatitis


3.2  Diagnosa / Masalah
Tanggal Diagnosa Data dasar
20-01-2009  Bayi sehat usia 25 hari
dengan imunisasi BCG
S : Ibu mengatakan bayinya berumur 
25  hari dan waktunya mendapat
imunisasi BCG
O : Keadaan umum baik
Suhu : 365 o
C
Nadi  : 124 x/menit
Nafas : 40 x/menit
BB  : 2730 gram
PB  : 51 cm
Lingkar kepala : 34 cm

3.3  Diagnosa Potensial
Tidak ada

3.4  Identifikasi Kebutuhan Segera
Tidak ada
 3.5  Intervensi
Tanggal/jam  Diagnosa Intervensi Rasional
20-01-2009
08.45 WIB
Bayi sehat usia
25 hari dengan
imunisasi BCG
Tujuan
•  Tujuan jangka pendek
Setelah dilakukan
asuhan kebidanan
selama ± 30 menit ibu
mengerti tentang
pentingnya imunisasi
bagi anaknya
•  Tujuan jangka panjang
Setelah dilakukan
asuhan kebidanan
diharapkan tidak terjadi
komplikasi

Kriteria
-  Bayi dalam keadaan
sehat
-  Imunisasi dapat
diberikan
-  Ibu mau datang lagi
untuk imunisasi
selanjutnya

INTERVENSI
1.  Lakukan pendekatan
terapiutik


1. Dengan melakukan
pendekatan terpiutik
yang baik akan
terjalin hubungan
saling percaya
sehingga ibu dapat
kooperatif dengan
2.  Lakukan pemeriksaan/
observasi keadaan bayi



3.  Beritahu ibu hasil
pemeriksaan



4.  Jelaskan pada ibu
tentang manfaat dan
efek samping imunisasi
BCG


5.  Berikan imunisasi BCG

petugas
2. Dengan pemeriksaan
pada bayi kita bisa
tahu apakah bayi ini
bisa diberi imunisasi
apa tidak
3. Dengan menjelaskan
pada ibu diharapkan
ibu mengerti tentang
keadaan bayinya saat
ini
4. Dengan menjelaskan
tentang manfaat dan
efek samping
imunisasi BCG
diharapkan ibu
mengerti dan dapat
lebih tenang dalam
menghadapi efek
samping yang timbul

5. Pemberian imunisasi
yang tepat dan
memberikan hasil
yang optimal untuk
kekebalan tubuh
terhadap Penyakit
TBC

3.6  Implementasi
Tanggl/Jam   Diagnosa  Implementasi
20-01-2009
9.10 WIB
Bayi sehat
usia 25
1. Melakukan Pendekatan Dengan Cara
-  Menyapa Klien  hari
dengan
imunisasi
BCG
-  Memberi Salam
-  Memperkenalkan Diri
2.  Melakukan Observasi pada bayi
KU : baik          BB : 2730 gr              
SH : 365 0
C       PB : 51 cm
ND: 124x/mnt  LK : 52 cm
RR : 40x/menit
3.  Memberitahu ibu hasil pemeriksaan pada bayi
bahwa keadaan bayinya baik-baik saja dan bisa
di imunisasi
4.  Menjelaskan pada ibu tetang :
•  Manfaat Imunisasi BCG: untuk
menghindarkan balita agar tidak terkena
penyakit Tuberculosis ( TBC )
Efek samping
•  Timbul bisul kecil/ pembengkakan kecil
             Kadang-kadang terjadi peradangan
setempat yang agak berat atau abses yang lebih
dalam
•  Kadang-kadang juga terjadi pembengkakan
di kelenjar limfe pada leher atau ketiak
5.  Memberikan imunisasi BCG diharapkan
a.  Pasien
      - Suntikan intrakutan, tepatnya di insertio
musculus deitodeus kanan
-  Bayi di tidurkan, ibu memegangi tangan
dan bokong bayi agar tidak bergerak2
b.  Alat
-  Vaksin BCG
-  Kapas air DTT dalam cucing
-  Bengkok
-  Spuit
Prosedur -  Menyimpan vaksin BCG
      - Ambil vaksin dengan Spuite
      -  Pastikan dosisnya
      - Yakinkan vaksin untuk siap disuntikkan
      - bersihkan dengan kapas DTT pada daerah
yang akan disuntik
      - Suntikan vaksin dengan sudut 150
secara IC


3.7  Evaluasi
Tanggal 20 – 01 – 2009     jam : 09.15 WIB
S : - ibu memahami penjelasan petugas
     - ibu merasa lega karena telah di imunisasi BCG
O : Keadaan umum : baik
 Nadi : 120 x/mnt
 RR : 40 x/mnt
 Bayi sudah diimunisasi BCG
A : bayi sehat usia 25 hari post imunisasi BCG
P : -  Beritahu ibu tetap memberikan ASI
-  Beri HE:
* Perawatan bayi sehari-hari
* Perawatan tali pusat
* Tanda-tanda bahaya bayi
-  Beritahu ibu untuk kembali 4 minggu lagi atau tepatnya 17 Februari 2009
untuk mendapatkan Imunisasi DPT dan FOLIO
 BAB IV
PENUTUP

4.1  Kesimpulan
Dari hasil data dapat disimpulkan masalah-masalah yang dialami oleh bayi “N”
dengan imunisasi BCG dan cara pemecahan masalah melalui asuhan kebidanan
dilakukan beberapa tindakan :
1.  Mengadakan pendekatan terapeutik pada ibu klien
2.  Memberi penyuluhan tentang kontrak indikasi dan efek samping imunisasi
3.  Memotivasi ibu untuk memberikan makan dan minum pada anak secara
teratur
4.  Menganjurkan ibu untuk memberikan makanan yang merasangsang
5.  Menganjurkan ibu untuk melakukan imunisasi selanjutnya

4.2  Saran
a.  Untuk petugas kesehatan
Peran aktif petugas kesehatan sangat diharapkan sehinga masalah-masalah
yang terjadi dapat dideteksi secara dini dan petugas kesehatan mampu
memecahkan masalah yang timbul dalam keluarga dan masyarakat pada
umumnya
b.  Untuk keluarga
Peran serta anggota keluarga yang lain sangat besar artinya untuk
memecahkan masalah yang terjadi di dalam keluarga maka hendaknya bersifat
kooperatif dengan tenaga kesehatan dan mengikuti segala saran dan nasehat
yang diberikan oleh tenaga kesehatan dari kesehatan keluarga.
c.  Untuk pendidikan
Supaya memperhatikan penulis dan kelompok ditempat praktek


 DAFTAR PUSTAKA



Manuaba, Siti, 2004, Kamus Istilah Kebidanan, Jakarta : EGD

Widjaja, 2001,  Mencegah dan Mengatasi Demam Pada Balita, Jakarta : Kawan
Pustaka

Kliogman Arvin, Behriman, 1999, Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Vol 2, Jakarta : EGC

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI 1985, Ilmu Kesehatan Anak Jilid I, Jakarta
: Infomedika Jakarta

Depkes dan Kesejahteraan Sosial, 2000 Modul Latihan Petugas Imunisasi, Jakarta

Sabtu, 15 Oktober 2011

Pemberian susu formula dikaitkan dengan diare

susu formulaTerapi antiretroviral (ART) profilaksis telah mengurangi kejadian penularan ibu-ke-bayi selama kehamilan dan persalinan secara dramatis, tetapi virus dapat ditularkan melalui air susu ibu.
Di negara maju, dengan ada jaminan air bersih dan persediaan susu formula yang aman dan dapat diandalkan untuk bayi, perempuan HIV-positif disarankan untuk tidak menyusui. Tetapi, di rangkaian miskin sumber daya, WHO menyarankan untuk menyusui, terutama pada enam bulan pertama, kecuali apabila pemberian susu formula “dapat diterima, dimungkinkan, terjangkau, dan aman,” atau “AFASS ( acceptable, feasible, affordable, sustainable, safe ).”
Dalam satu sesi tentang “Masalah mendesak di dunia berkembang” pada konferensi CROIke-14 pada 25 Februari, Tracy Creek dari Centers for Disease Control and Prevention, AS (CDC) menyampaikan peninjauan tentang jangkitan diare di antara bayi di Botswana yang menyoroti kebutuhan akan pertimbangan yang cermat mengenai keuntungan dan risiko terhadap menyusui.
Di Botswana, pada 2005 hampir sepertiga perempuan hamil terinfeksi HIV. Negara tersebut memiliki program yang dikembangkan dengan baik untuk mencegah penularan ibu-ke-bayi, dan 80 persen perempuan hamil yang HIV-positif menerima sedikitnya AZT. Ibu HIV-positif juga menerima susu formula cukup untuk 12 bulan secara gratis dari klinik.
Botswana mengalami periode curah hujan yang sangat tinggi pada November 2005, dan pada Januari 2006, petugas kesehatan masyarakat mulai melihat peningkatan diare pada anak. Kasus meningkat empat kali lipat, dari sekitar 8500 pada 2004 menjadi lebih dari 35.000. Sementara itu kematian meningkat lebih dari 20 kali lipat dari 24 menjadi hampir 530. Pada Maret, petugas kesehatan mencatat kejadian sekunder yaitu kekurangan gizi pada bayi. Wabah diare berhenti awal April.
Contoh tinja dari anak yang dirawat di rumah sakit karena diare menunjukkan bahwa 60 persen terinfeksi kriptosporidium, 50 persen E.coli , 38 persen Salmonela, dan 17 persen Sigela; banyak yang dengan beragam patogen.
Penyelidikan epidemiologi terhadap wabah ini mengungkapkan bahwa sebagian besar bayi yang menderita diare tidak disusui. Dr. Creek melaporkan dalam analisis multivariat, tidak menyusui merupakan “prediktor terkuat” terhadap diare pada bayi, meningkatkan risiko 50 kali lipat. Menggambarkan besarnya jangkitan tersebut, dalam satu desa, sepertiga bayi yang diberi susu formula meninggal akibat diare, tetapi tidak satupun yang disusui.
Pada kelompok sub penelitian terhadap 153 bayi dengan diare, 93 persen tidak disusui (kira-kira tiga perempatnya diberi susu formula dan 25 persen diberi susu sapi). Tetapi hanya 65 persen ibu yang HIV-positif, menunjukkan bahwa terjadi “kelolosan” dalam pemberian susu formula pada yang tidak terinfeksi HIV. Di antara bayi, 18 persen HIV-positif. Beberapa ibu melaporkan bahwa klinik tidak mampu menyediakan cukup susu formula secara gratis. Kwashiorkor – sebuah bentuk kekurangan gizi pada anak terkait dengan kekurangan asupan protein – adalah satu-satunya prediktor kematian yang bermakna, bukan status HIV ibu atau bayi.
Setelah presentasi tersebut, Peggy Henderson dari WHO mengkaji ulang manfaat dan risiko menyusui pada ibu yang HIV-positif. Sejak terakhir kalinya WHO mengeluarkan saran tentang pemberian makanan pada 2000, telah terkumpul bukti yang menunjukkan bahwa menyusui bayi secara ekslusif selama enam bulan pertama terkait dengan penularan HIV yang lebih rendah dibandingkan gabungan antara menyusui dengan pemberian susu formula, penghentian pemberian air susu ibu dikaitkan dengan diare dan peningkatan mortalitas pada bayi terpanjan HIV, dan menyusui lebih dari enam bulan tampak meningkatkan ketahanan hidup bayi. Sebagai tambahan, perempuan yang memakai ART sepertinya mempunyai kemungkinan lebih rendah menularkan HIV melalui air susu ibu, meskipun penelitian tersebut belum selesai.
Pada Oktober 2006, HIV and Infant Feeding Technical Consultation menyepakati pernyataan yang menekankan bahwa pilihan pemberian makanan yang paling tepat untuk ibu HIV-positif tergantung pada keadaan masing-masing individu.
Dalam kesimpulannya, Dr. Henderson menekankan pentingnya untuk “melindungi” dan mendorong pemberian air susu ibu oleh perempuan yang tidak terinfeksi HIV. Lebih lanjut, semakin banyak bukti – misalnya seperti yang disediakan oleh kejadian Botswana – memberi kesan bahwa di antara perempuan HIV-positif, manfaat pemberian air susu ibu sering melampaui risiko penularan HIV (kira-kira satu persen per bulan), terutama apabila sang ibu memiliki jumlah CD4 yang tinggi dan menerima ART.

Makalah Perubahan Psikologis Pada Masa Kehamilan

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang

Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya. Dalam kehamilan dapat terjadi banyak gestasi (misalnya, dalam kasus kembar, atau triplet).

Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu antara waktu menstruasi terakhir dan kelahiran (38 minggu dari pembuahan). Istilah medis untuk wanita hamil adalah gravida, sedangkan manusia di dalamnya disebut embrio (minggu-minggu awal) dan kemudian janin (sampai kelahiran). Seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya disebut primigravida atau gravida 1. Seorang wanita yang belum pernah hamil dikenal sebagai gravida 0.

Dalam banyak masyarakat definisi medis dan legal kehamilan manusia dibagi menjadi tiga periode triwulan, sebagai cara memudahkan tahap berbeda dari perkembangan janin. Triwulan pertama membawa resiko tertinggi keguguran (kematian alami embrio atau janin), sedangkan pada masa triwulan ke-2 perkembangan janin dapat dimonitor dan didiagnosa. Triwulan ke-3 menandakan awal 'viabilitas', yang berarti janin dapat tetap hidup bila terjadi kelahiran awal alami atau kelahiran dipaksakan.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini antara lain:
a. Bagaimana gambaran tentang proses kehamilan?
b. Bagaimana kondisi psikologis ibu hamil dan prosesnya?
c. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi psikologisnya?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk:
a. Memperoleh gambaran tentang proses kehamilan.
b. Mengetahui kondisi psikologis ibu hamil pertama.
c. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi psikologisnya.



BAB II
PEMBAHASAN



2.1 Penyesuaian Psikologis pada Ibu dan Prosesnya

Kehamilan merupakan waktu transisi, yakni suatu masa antara kehidupan sebelum memiliki anak yang sekarang berada dalam kandungan dan kehidupan nanti setelah anak tersebut lahir. Perubahan status yang radikal ini dipertimbangkan sebagai suatu krisis disertai periode tertentu untuk menjalani proses persiapan psikologis yang secara normal sudah ada selama kehamilan dan mengalami puncaknya pada saat bayi lahir.

Secara umum, semua emosi yang dirasakan oleh wanita hamil cukup labil. Ia dapat memiliki reaksi yang ekstrem dan susana hatinya kerap berubah dengan cepat. Reaksi emosional dan persepsi mengenai kehidupan juga dapat mengalami perubahan. Ia menjadi sangat sensitif dan cenderung bereaksi berlebihan.

Seorang wanita hamil akan lebih terbuka terhadap dirinya sendiri dan suka berbagi pengalaman kepada orang lain. Ia merenungkan mimpi tidurnya, angan-angannya, fantasinya, dan arti kata-katanya, objek, peristiwa, konsep abstrak, seperti kematian, kehidupan, keberhasilan, dan kebahagiaan. Ia dapat mengidentifikasi bentuk-bentuk fisik yang berhubungan erat dengan masa usia subur atau mencukupkan diri dengan kehidupan atau makanan.

Selama kehamilan berlangsung, terdapat rangkaian proses psikologis khusus yang jelas, yang terkadang tampak berkaitan erat dengan perubahan biologis yang sedang terjadi. Peristiwa dan proses psikologis ini dapat diidentifikasi pada trimester ketiga dan pembagian trimester ini akan digunakan pada diskusi berikut. Respons psikologis umum terhadap kehamilan yang baru saja dibahas dan proses manapun peristiwa psikologis khusus lain dapat lain dapat terulang lagi.

2.2 Masa Kehamilan
Masa kehamilan dibagi menjadi tiga periode atau trimester, masing-masing selama 13 minggu. Trimester membantu pengelompokan tahap perkembangan janin dan tubuh Anda. Kehamilan itu unik pada setiap wanita. Jadi tidak usah cemas jika Anda mengalami pengalaman sedikit berbeda dengan ibu hamil lainnya. 3

2.2.1 Trimester Pertama
Trimester pertama sering dianggap sebagai periode penyesuaian terhadap kenyataan bahwa ia sedang mengandung. Sebagian besar wanita merasa sedih dan ambivalen tentang kenyataan bahwa ia hamil. Kurang lebih 80% wanita mengalami kekecewaan, penolakan, kecamasan, defresi, dan kesedihan.

Fokus wanita adalah pada dirinya sendiri yang akan menimbulkan ambivalensi mengenai kehamilannya seiring usahanya menghadapi pengalaman kehamilan yang buruk, yang pernah ia alami sebelumnya, efek kehamilan terhadap kehidupannya kelak (terutama jika ia memiliki karir), tanggung jawab yang baru atau tambahan yang akan ditanggungnya, kecemasan yang akan berhubungan dengan kemampuannya untuk menjadi seorang ibu, masalah-masalah keuangan dan rumah tangga, dan keberterimaan orang terdekat terhadap kehamilannya.

Perasaan ambivalen ini biasanya berakhir dengan sendirinya seiring ia menerima kehamilannya, sementara itu, beberapa ketidaknyamanan pada trimester pertama, seperti nausea, kelemahan, perubahan nafsu makan, kepekaan emosional, semua ini dapat mencerminkan konflik dan defresi yang ia alami dan pada saat bersamaan hal-hal tersebut menjadi pengingat tentang kehamilannya.

Trimester pertama sering menjadi waktu yang menyenangkan untuk melihat apakah kehamilan akan dapat berkembang dengan baik. Hal ini akan terlihat jelas terutama pada wanita yang telah beberapa kali mengalami keguguran dan bagi para tenaga kesehatan profesional wanita yang cemas akan kemungkinan terjadi keguguran kembali atau teratoma. Berat badan sangat bermakna bagi wanita hamil selama trimester pertama. Berat badan dapat menjadi salah satu uji realitas tentang keadaannya karena tubuhnya menjadi bukti nyata bahwa dirinya hamil.

Validasi kehamilan dilakukan berulang-ulang saat wanita mulai memeriksa dengan cermat setiap perubahan tubuh, yang merupakan bukti adanya kehamilan. Bukti yang paling kuat adalah terhentinya menstruasi.
Hasrat seksual pada trimester pertama sangat bervariasi antara wanita yang satu dan yang lain. Meski beberapa wanita mengalami peningkatan hasrat seksual, tetapi secara umum trimester pertama merupakan waktu terjadinya penurunan libido dan hal ini memerlukan komunikasi yang jujur dan terbuka terhadap pasangan 4 masing-masing. Banyak wanita merasakan kebutuhan kasih sayang yang besar dan cinta kasih tanpa seks. Libido secara umum sangat dipengaruhi oleh keletihan, nausea, depresi, payudara yang membesar dan nyeri, kecemasan, kekhawatiran, dan masalah-masalah lain merupakan hal yang sangat normal terjadi pada trimester pertama.

2.2.2 Trimester Kedua
Trimester kedua sering dikenal sebagai periode kesehatan yang baik, yakni periode ketika wanita merasa nyaman dan bebas dari segala ketidaknyamanan yang normal dialami saat hamil. Namun, trimester kedua juga merupakan fase ketika wanita menelusur ke dalam dan paling banyak mengalami kemunduran.

Trimester kedua sebenarnya terbagi atas dua fase: pra-quickening dan pasca-quickening. Quickening menunjukkan kenyataan adanya kehidupan yang terpisah, yang menjadi dorongan bagi wanita dalam melaksanakan tugas psikologis utamannya pada trimester kedua, yakni mengembangkan identitas sebagai ibu bagi dirinya sendiri, yang berbeda dari ibunya.

Pada trimester kedua, mulai terjadi perubahan pada tubuh. Orang akan mengenali Anda sedang hamil. Pada akhir trimester kedua, rahim akan membesar sekira 7,6 cm di atas pusar. Pertambahan berat badan rata-rata 7,65-10,8 kg termasuk pertambahan berat dari trimester pertama. Janin mulai aktif bergerak pada periode ini.

Sebagian besar wanita merasa lebih erotis selama trimester kedua, kurang labih 80% wanita mengalami kemajuan yang nyata dalam hubungan seksual mereka dibanding pada trimester pertama dan sebelum hamil. Trimester kedua relatif terbebas dari segala ketidaknyamanan fisik, dan ukuran perut wanita belum menjadi masalah besar, lubrikasi vagina semakin banyak pada masa ini, kecemasan, kekhawatiran dan masalah-masalah yang sebelumnya menimbulkan ambivalensi pada wanita tersebut mereda, dan ia telah mengalami perubahandari seorang yang mencari kasih sayang dari ibunya menjadi seorang yang mencari kasih sayang dari pasangannya, dan semua faktor ini turut mempengaruhi peningkatan libido dan kepuasan seksual.

2.2.3 Trimester Ketiga
Trimester ketiga sering disebut periode penantian dengan penuh kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai menyadari kehadiran bayi sebagai makhluk yang terpisah sehingga ia menjadi tidak sabar menanti kehadiran sang bayi. Ada perasaan was-was mengingat bayi dapat lahir kapanpun. Hal ini membuatnya berjaga-jaga sementara ia memperhatikan dan menunggu tanda dan gejala persalinan muncul.

Trimester ketiga merupakan waktu, persiapan yang aktif terlihat dalam menanti kelahiran bayi dan menjadi orang tua sementara perhatian utama wanita terfokus pada bayi yang akan segera dilahirkan. Pergerakan janin dan pembesaran uterus, keduanya menjadi hal yang terus menerus mengingatkan tentang keberadaan bayi. Wanita tersebut lebih protektif terhadap bayinya. Sebagian besar pemikiran difokuskan pada perawatan bayi. Ada banyak spekulasi mengenai jenis kelamin dan wajah bayi itu kelak.
Sejumlah ketakutan muncul pada trimester ketiga. Wanita mungkin merasa cemas dengan kehidupan bayi dan kehidupannya sendiri. Seperti: apakah nanti bayinya akan lhir abnormal, terkait persalinan dan pelahiran (nyeri, kehilangan kendali, hal-hal lain yang tidak diketahui), apakah ia akan menyadari bahwa ia akan bersalin, atau bayinya tidak mampu keluar karena perutnya sudah luar biasa besar, atau apakah organ vitalnya akan mengalami cedera akibat tendangan bayi.

Ia juga mengalami proses duka lain ketika ia mengantisipasi hilangnya perhatian dan hak istimewa khusus lain selama kehamilan, perpisahan antara ia dan bayinya yang tidak dapat dihindari, dan perasaan kehilangan karena uterusnya yang penuh secara tiba-tiba akan mengempis dan ruang tersebut menjadi kosong. Depresi ringan merupakan hal yang umum terjadi dan wanita dapat menjadi lebih bergantung pada orang lain lebih lanjut dan lebih menutup diri karena perasaan rentannya.

Wanita akan kembali merasakan ketidaknyamanan fisik yang semakin kuat menjelang akhir kehamilan. Ia akan merasa canggung, jelek, berantakan, dan memerlukan dukungan yang sangat besar dan konsisten dari pasangannya. Pada pertengahan trimester ketiga, peningkatan hasrat seksual yang terjadi pada trimester sebelumnya akan menghilang karena abdomennya yang semakin besar menjadi halangan. Alternatif untuk mencapai kepuasan dapat membantu atau dapat 6 Menimbulkan perasaan bersalah jika ia merasa tidak nyaman dengan cara-cara tersebut. Berbagi perasaan secara jujur dengan pasangan dan konsultasi mereka dengan anda menjadi sangat penting.

2.3 Beberapa Kiat untuk Menyeimbangkan Kondisi Psikologis Ibu Hamil
Ibu yang sedang hamil, pasti akan mengalami berbagai macam perubahan bukan hanya perubahan secara fisik namun juga secara psikologis.
Untuk itu ibu-ibu yang kini sedang mengandung buah hati, harus selalu menjaga kondisi psikologisnya agar tetap baik dan seimbang. Jika kondisi psikologis sang ibu baik pastinya sang ibu akan lebih tenang atau rileks saat menjalani masa-masa kehamilannya. Berikut beberapa kiat yang dapat menyeimbangkan kondisi psikologis saat ibu sedang mengandung:

1. Informasi
Carilah informasi seputar kehamilan terutama mengenai perubahan yang terjadi dalam diri ibu termasuk hal-hal yang perlu dihindari saat sedang mengandung agar janin tumbuh sehat. Pengetahuan atau informasi yang tepat akan membuat ibu merasa lebih yakin sekaligus bisa mengurangi rasa cemas yang sering muncul karena ketidaktahuan mengenai perubahan yang terjadi.

Komunikasi dengan suami
Bicarakanlah perubahan yang terjadi pada diri Anda selama hamil dengan sang suami, sehingga ia juga tahu dan dapat memaklumi perubahan yang terjadi pada diri Anda. Tidak jarang jika Anda mengkomunikasikan hal ini, sang suami akan memberikan dukungan psikologis yang dibutuhkan.

2. Rajin chek up
Periksakan kehamilan secara teratur. Cari informasi dari dokter atau bidan terpercaya mengenai kehamilan yang sekarang Anda jalani. Jangan lupa, ajaklah suami saat berkonsultasi ke dokter atau bidan.

3. Makan Sehat
Pahami benar pengetahuan mengenai asupan makanan yang sehat bagi perkembangan janin. Hindarilah mengonsumsi bahan yang dapat membahayakan janin, seperti makanan yang mengandung zat-zat aditif, alkohol, rokok, atau obat-obatan yang tidak dianjurkan bagi ibu hamil. Jauhkan juga zat berbahaya seperti gas buang kendaraan yang mengandung timah hitam yang berbahaya bagi perkembangan kecerdasan otak janin.

4. Jaga Penampilan
Perhatikanlah penampilan fisik dengan menjaga kebersihan dan berpakaian yang sesuai dengan kondisi badan Anda yang sedang berbadan dua. Jangan lupa untuk melakukan latihan fisik ringan, seperti berenang atau jalan kaki ringan untuk memperlancar persalinan.

5. Kurangi Kegiatan
Lakukanlah penyesuaian kegiatan dengan kondisi fisik saat hamil. Memasuki masa persalinan, Anda dan suami harus sudah siap dengan berbagai perubahan yang akan terjadi setelah kelahiran sang bayi.

6. Dengarkan Musik
Upayakan berbagai cara agar terhindar dari stres. Atasilah kecemasan maupun emosi negatif lainnya dengan mendengarkan musik lembut, belajar memusatkan perhatian, berzikir, yoga atau relaksasi lainnya.

7. Senam Hamil
Bergabunglah dengan kelompok senam hamil sejak usia kandungan menginjak usia 5-6 bulan. Jangan lupa untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter kandungan. Senam hamil tidak hanya bermanfaat melatih otot-otot yang diperlukan dalam proses persalinan, melainkan juga memberi manfaat psikologis. Pertemuan sesama calon ibu biasanya diisi dengan acara berbagi pengalaman yang dapat dijadikan pelajaran positif. Melalui kegiatan itu pula secara perlahan kesiapan psikologis calon ibu dalam menghadapi persalinan menjadi semakin mantap.

8. Latihan Pernafasan
Lakukanlah latihan relaksasi dan latihan pernapasan secara teratur. Latihan ini bermanfaat untuk ketenangan dan kenyamanan sehingga kondisi psikologis bisa lebih stabil.

BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Proses kehamilan itu terjadi ketika sperma ( benih pria ) bertemu dengan sel telur ( benih wanita ), dan hal itu hanya bisa terjadi apabila hubungan kelamin dilakukan di sekitar masa subur. Masa subur itu terjadi semenjak ovulasi ( keluarnya sel telur ) dari ovarium ( indung telur ) hingga akhir masa hidupnya ( kira kira 12-24 jam ). Sementara itu sel sperma yang masuk hingga tuba fallopii bisa bertahan 1 hingga x 24 jam. Jadi hubungan seksual yang dilakukan 1- 2 hari sebelum masa subur masih mungkin bisa terjadi kehamilan. Dengan demikian meskipun hanya sekali saja melakukan hubungan seks, bisa saja terjadi kehamilan kalau waktunya di sekitar masa ovulasi.
Dari pembahasan di atas, jelas sekali bahwa keadaan dan perubahan psikologis ibu selama masa kehamilan dapat mempengaruhi keadaan dirinya serta janin yang dikandungnya.Keadaan janin, baik fisik maupun mental akan terganggu dan akan menyebabkan hal yang mengerikan nantinya.

3.2  Saran
Kehadiran anak biasanya dinantikan oleh pasangan muda, sebagai wujud buah cinta. Satu hal yang paling penting adalah kesiapan kedua orang tua, terutama calon ibu, yang meliputi kesiapan fisik, mental dan gizi. Generasi yang baik merupakan buah dari kesiapan orang tua, yang dimulai sejak janin belum terbentuk.
Ketika seorang ibu hamil tidak siap untuk menerima kehamilan, maka secara fisik ia semakin terasa berat. Ini akan menjadi suatu hal yang sangat tidak menyenangkan. Penolakan terhadap kehamilan akan tercetus dalam ketidakstabilan emosi yang berlebih, seperti perasaan dan suasana hati yang tidak menentu selama kehamilan.
Menurut penelitian di Amerika, 10% dari ibu hamil yang depresi akan menularkan secara biokimia kesedihannya pada janinnya, yang akan meningkatkan hormon stress dan aktivitas otak sang janin.
Untuk menghindarinya, ibu hamil harus mempersiapkan diri dalam hal berikut:
v  Kesiapan menghadapi perubahan bentuk fisik
Ibu hamil pastinya akan mengalami perubahan luar biasa terhadap bentuk tubuhnya. Ia akan merasa tidak menarik dan tidak nyaman dengan bentuk tubuhnya yang baru. Ini akan mempengaruhi suasana hati ibu hamil. Yakini, perubahan ini sifatnya hanya sementara. Setiap ibu hamil pasti mengalaminya.
v  Kesiapan menghadapi perubahan peran
Seorang ibu akan menyandang peran yang sangat berbeda daripada sebelumnya. Ini perlu dipersiapkan dengan baik, antara keinginan menggebu untuk segera menimang bayi dan ketakutan luar biasa terhadap peran yang awam bagi dirinya.
v  Peninjauan kembali motivasi hamil
Sikap ibu hamil yang paling positif terhadap kehamilan adalah mereka yang memandang peran orang tua sebagai kesiapan untuk mengembangkan diri.
Dengan sikap positif dan dukungan dari suami, maka ibu hamil akan lebih siap menghadapi hari-hari sulit selama kehamilan.
v  Berikut beberapa saran bagi ibu hamil agar kehamilan menjadi optimal :
Menjalani konseling prahamil
Menyembuhkan penyakit yang ada
Menghentikan minum pil KB
Hindari rokok dan alcohol
Menjaga berat badan, usahakan berat badan normal.
Perhatikan lingkungan kerja, apakah berdampak negative atau tidak.
Sering berolahraga
Terus merawat diri dan menjaga kesehatan dengan baik, terutama pada periode 3 bulan pertama.
Perbanyak membaca, mempelajari segala sesuatu sesuatu tentang kehamilan, melahirkan, bayi dan perawatan, serta proses pengasuhan anak.
Lakukan pemeriksaan secara berkala.
Hal lain yang perlu ibu hamil perhatikan adalah masalah gizi. Menurut penelitian, seorang wanita yang sejak masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan selama hamil keadaan gizinya selalu baik akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk melahirkan bayi yang sehat, tanpa komplikasi.
Sedangkan ibu hamil yang berat badannya sebelum hamil di bawah batas normal, maka akan melahirkan bayi yang berat badannya juga kurang, atau bahkan tidak berumur panjang.


DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/
http://kuliahbidan.wordpress.com/
http://ibuanak.co.cc/pregnancy/
http://www.ayahbunda.co.id/
http://digilib.gunadarma.ac.id/
http://id.answers.yahoo.com/
http://www.dechacare.com/
http://www.hypno-birthing.web.id/
http://www.anneahira.com/
Varney Helen, dkk. 2006. Buku Ajar – Asuhan Kebidanan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran

Proses Laktasi dan Menyusui


KATA PENGANTAR

            Segala puji dan rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat dan rahmat-Nya serta hidayah-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul PROSES LAKTASI dan MENYUSUI.
            Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran dalam pembuatan makalah ini.
            penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan penyusunan makalah selanjutnya.
            Akhir kata semoga kebaikan yang telah diberikan dapat menjadi amal soleh dan ibadah bagi kita semua dan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Amin.


                                                                              Ciamis, 12 Oktober  2009



                                                                                Penulis,




DAFTAR ISI

                                                                                                                 Halaman
KATA PENGANTAR ...........................................................................       i
DAFTAR ISI  .........................................................................................       ii         
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................       1
1.1.   Latar belakang ....................................................................       1
1.2.   Rumusan masalah ...............................................................       2
1.3.  Tujuan Penulisan ..................................................................       2
1.4.  Metode Penulisan ................................................................       2
1.5.  Sistematika Penulisan ..........................................................       3

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................       4
2.1 Anatomi dan Fisiologi Payudara...........................................       4
2.2 Dukungan Bidan dalam Pemberian Asi.................................       7
2.3 Proses Laktasi........................................................................       11
2.4 Manfaat Pemberian ASI........................................................       14
2.5 Komposisi Zat dalam ASI.....................................................       16
2.6 Upaya Memperbanyak ASI...................................................       19
2.7 Asi Ekslusif............................................................................       23
2.8 Cara Merawat Payudara........................................................       25
2.9 Cara Menyusui yang benar....................................................       27
2.10 Masalah dalam Pemberian ASI............................................       34

BAB III PENUTUP................................................................................       43
3.1 Kesimpulan............................................................................       43
3.2 Saran......................................................................................       43

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................       44






BAB I
PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang
            Prinsip pemberian ASI adalah sedini mungkin dan Eksklusif. Bayi baru lahir harus mendapat ASI dalam jangka waktu satu jam setelah lahir. Seorang ibu dikodratkan untuk dapat memberikan air  susunya kepada bayi yang telah dilahirkannya, dimana kodrat ini merupakan suatu tugas yang mulia bagi Ibu itu sendiri demi keselamatan bayi dikemudian hari. Tetapi pada suatu proses kelahiran, terutama bagi yang baru pertama kali melahirkan, kadang air susu Ibu tidak atau susah untuk keluar sehingga bayi tersebut sementara diberikan susu botol yang akan mengakibatkan bayi terbiasa menghisap dot, sehingga dapat mengalami bingung putting saat mulai meneteki. Reflleks pertama seorang bayi yang normal adalah mencari putting susu ibu berupa hisapan mulut bayi merupakan hal yang penting dalam proses produksi ASI. ASI eksklusif adalah pemberian ASI termasuk kolostrum tanpa tambahan apapun sejak bayi lahir. Dengan perkataan lain pemberian susu formula, air matang, air gula dan madu untuk bayi baru lahir tidak dibenarkan.
            Sejak abad ke-19 para pakar telah sepakat bahwa ASI lebih unggul daripada susu sapi atau bahan pengganti lainnya.Sayangnya perilaku menyusui bayi sendiri dianggap sebagian orang suatu tingkah laku tradisional, sehingga sedikit demi sedikit ditinggalkan. Hal tersebut dipengaruhi oleh kemajuan di negara-negara industri yang memperkenalkan susu buatan untuk bayi yang mempunyai manfaat sama dengan ASI, pemakaiannya lebih praktis, dengan promosi pemasaran yang gencar.
            Oleh sebab itu Menteri Kesehatan Republik Indonesia melalui peraturan Nomor: 450/MENKES/SKIV/2004 mengajak bangsa Indonesia melaksanakan pemberian hanya ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupan bayi dapat dilanjutkan sampai anak umur 2 tahun.




1.2       Rumusan Masalah
            Setelah diketahui latar belakang dari pembuatan makalah ini, maka rumusan masalahnya akan dibahas dalam makalah ini yaitu:
1. Anatomi dan fisiologi payudara
2. Dukungan Bidan dalam Pemberian ASI
3. Manfaat Pemberian ASI
4. Komposisi Zat dalam ASI
5. Upaya Memperbanyak ASI
6. ASI Eksklusif
7. Cara Merawat Payudara
8. Cara Menyusui yang Benar
9. Masalah dalam Pemberian ASI
10. Proses Laktasi

1.3       Tujuan Penulisan
            Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan, dan untuk mengetahui proses laktasi  dan menyusui.

1.4       Metode Penulisan
            Metode penulisan dengan mengumpulkan refrensi yang berhubungan dengan pembahasan makalah ini.











1.5       Sistematika Penulisan

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI 
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Metode Penulisan
1.5 Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Anatomi dan Fisiologi Payudara
2.2 Dukungan Bidan dalam Penmberian ASI
2.3 Manfaat Pemberian ASI
2.4 Komposisi Zat dalam ASI
2.5 Upaya Memperbanyak ASI
2.6 ASI Eksklusif
2.7 Cara Merawat Payudara
2.8 Cara Menyusui yang Benar
2.9 Masalah dalam Pemberian ASI

BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
           





BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Anatomi dan Fisiologi Payudara
A. Anatomi Payudara
Setiap manusia pada umumnya mempunyai payudara, tetapi antara laki - laki dan perempuan berbeda dalam fungsinya. Payudara yang matang adalah salah satu tanda kelamin sekunder dari seorang gadis dan merupakan salah satu organ yang indah dan menarik. Lebih dari itu untuk mempertahankan kelangsungan hidup keturunannya maka organ ini menjadi sumber utama dari kehidupan, karena Air Susu Ibu ( ASI ) adalah makanan bayi yang paling penting terutama pada bulan - bulan pertama kehidupan.
Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram.

Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :
1. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.
2. Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah.
3. Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.


anatomi payudara
 









Gambar 1. Anatomi payudara
1. Korpus
Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah.
Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus.
Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara. ASI dsalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).

2. Kalang Payudara ( Areola Mammae )
Letaknya mengelilingi putting susu dan berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada kulitnya. Perubahan warna ini tergantung dari corak kulit dan adanya kehamilan. Pada wanita yang corak kulitnya kuning langsat akan berwarna jingga kemerahan, bila kulitnya kehitaman maka warnanya lebih gelap. Selama kehamilan warna akan menjadi lebih gelap dan wama ini akan menetap untuk selanjutnya, jadi tidak kembali lagi seperti warna asli semula.
Pada daerah ini akan didapatkan kelenjar keringat, kelenjar lemak dari montgomery yang membentuk tuberkel dan akan membesar selama kehamilan. Kelenjar lemak ini akan menghasilkan suatu bahan dan dapat melicinkan kalang payudara selama menyusui. Di kalang payudara terdapat duktus laktiferus yang merupakan tempat penampungan air susu.

3. Papilla ( Putting Susu).
Terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya variasi bentuk dan ukuran payudara maka letaknya akan bervariasi. Pada tempat ini terdapat lubang - lubang kecil yang merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung - ujung serat saraf, pembuluh darah, pembuluh getah bening, serat - serat otot polos yang tersusun secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi maka duktus laktiferus akan memadat dan menyebabkan putting susu ereksi, sedangkan serat - serat otot yang longitudinal akan menarik kembali putting susu tersebut. Payudara terdiri dari 15 - 25 lobus. Masing - masing lobulus terdiri dari 20 - 40 lobulus. Selanjutnya masing - masing lobulus terdiri dari 10 - 100 alveoli dan masing - masing dihubungkan dengan saluran air susu ( sistem duktus ) sehingga merupakan suatu pohon.
Puting susu dapat pula menjadi tegak bukan sebagai hasil dari beberapa bentuk perangsangan seksual yang alami dan puting susu seorang wanita mungkin tidak menjadi tegak ketika ia terangsang secara seksual. Pada daerah areola terdapat beberapa minyak yang dihasilkan oleh kelenjar Montgomery. Kelenjar ini dapat berbentuk gelombang-gelombang naik dan sensitif terhadap siklus menstruasi seorang wanita. Kelenjar ini bekerja untuk melindungi dan meminyaki puting susu selama menyusui. Beberapa puting susu menonjol ke dalam atau rata dengan permukaan payudara. Keadaaan tersebut kemudian ditunjukkan sebagai puting susu terbalik dan tidak satu pun dari keadaan tersebut yang memperlihatkan kemampuan seorang wanita untuk menyusui, yang berdampak negatif
Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar, panjang dan terbenam (inverted).

puting 1
 






Gambar 2.
Bentuk puting susu normal
puting 2





Gambar 3.
Bentuk puting susu pendek
puting 3




Gambar 4.
Bentuk puting susu panjang
puting 4




Gambar 5.
Bentuk puting susu terbenam/ terbalik


B. Fisiologi payudara
Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak pubertas pengaruh ekstrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar hari kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu menstruasi mulai, semuanya berkurang.
Perubahan ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus baru.
Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu. (Samsuhidajat, 1997, hal : 534-535)

2.2. Dukungan Bidan Dalam Pemberian ASI
Bidan mempunyai peranan yang sangat istimewa dalam menunjang pemberian ASI. Peran bidan dapat membantu ibu untuk memberikan ASI dengan baik dan mencegah masalah-masalah umum terjadi.
Peranan awal bidan dalam mendukung pemberian ASI adalah :
Ø  Meyakinkan bahwa bayi memperoleh makanan yang mencukupi dari payudara ibunya.
Ø  Membantu ibu sedemikian rupa sehingga ia mampu menyusui bayinya sendiri.
Bidan dapat memberikan dukungan dalam pemberian ASI, dengan :
1. Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama beberapa jam pertama.
Bayi mulai meyusu sendiri segera setelah lahir sering disebut dengan inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini. Hal ini merupakan peristiwa penting, dimana bayi dapat melakukan kontak kulit langsung dengan ibunya dengan tujuan dapat memberikan kehangatan. Selain itu, dapat membangkitkan hubungan/ ikatan antara ibu dan bayi. Pemberian ASI seawal mungkin lebih baik, jika memungkinkan paling sedikit 30 menit setelah lahir.
2. Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah umum yang timbul.
Tujuan dari perawatan payudara untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu, sehingga pengeluaran ASI lancar. Perawatan payudara dilakukan sedini mungkin, bahkan tidak menutup kemungkinan perawatan payudara sebelum hamil sudah mulai dilakukan. Sebelum menyentuh puting susu, pastikan tangan ibu selalu bersih dan cuci tangan sebelum menyusui. Kebersihan payudara paling tidak dilakukan minimal satu kali dalam sehari, dan tidak diperkenankan mengoleskan krim, minyak, alkohol ataupun sabun pada puting susunya.
3. Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI.
Membantu ibu segera untuk menyusui bayinya setelah lahir sangatlah penting. Semakin sering bayi menghisap puting susu ibu, maka pengeluaran ASI juga semakin lancar. Hal ini disebabkan, isapan bayi akan memberikan rangsangan pada hipofisis untuk segera mengeluarkan hormon oksitosin yang bekerja merangsang otot polos untuk memeras ASI. Pemberian ASI tidak terlepas dengan teknik atau posisi ibu dalam menyusui.
Posisi menyusui dapat dilakukan dengan :
Ø  Posisi berbaring miring
Ø  Posisi duduk
Ø  Posisi ibu tidur telentang
Posisi berbaring miring
Posisi ini baik dilakukan pada saat pertama kali atau ibu dalam keadaan lelah atau nyeri.
Posisi duduk
Pada saat pemberian ASI dengan posisi duduk dimaksudkan untuk memberikan topangan pada/ sandaran pada punggung ibu dalam posisi tegak lurus (90 derajat) terhadap pangkuannya. Posisi ini dapat dilakukan dengan bersila di atas tempat tidur atau lantai, ataupun duduk di kursi.
Tidur telentang
Seperti halnya pada saat dilakukan inisiasi menyusu dini, maka posisi ini juga dapat dilakukan oleh ibu. Posisi bayi berada di atas dada ibu diantara payudara ibu.
Tanda-tanda bayi bahwa telah berada pada posisi yang baik pada payudara antara lain:
a) Seluruh tubuhnya berdekatan dan terarah pada ibu;
b) Mulut dan dagu bayi berdekatan dengan payudara;
c) Areola tidak akan tampak jelas;
d) Bayi akan melakukan hisapan lamban dan dalam, dan menelan ASInya;
e) Bayi terlihat senang dan tenang;
f) Ibu tidak akan merasa nyeri pada daerah payudaranya.

4. Menempatkan bayi didekat ibu pada kamar yang sama (rawat gabung).
            Rawat gabung adalah merupakan salah satu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan bersama dalam ruangan selama 24 jam penuh. Manfaat rawat gabung dalam proses laktasi dapat dilihat dari aspek fisik, fisiologis, psikologis, edukatif, ekonomi maupun medis.
Aspek fisik
Kedekatan ibu dengan bayinya dapat mempermudah bayi menyusu setiap saat, tanpa terjadwal (nir-jadwal). Dengan demikian, semakin sering bayi menyusu maka ASI segera keluar.
Aspek fisiologis
Bila ibu selalu dekat dengan bayinya, maka bayi lebih sering disusui. Sehingga bayi mendapat nutrisi alami dan kecukupan ASI. Refleks oksitosin yang ditimbulkan dari proses menyusui akan membantu involusio uteri dan produksi ASI akan dipacu oleh refleks prolaktin. Selain itu, berbagai penelitian menyatakan bahwa dengan ASI eksklusif dapat menjarangkan kehamilan atau dapat digunakan sebagai KB alami.
Aspek psikologis
Rawat gabung dapat menjalin hubungan batin antara ibu dan bayi atau proses lekat (early infant mother bounding). Hal ini disebabkan oleh adanya sentuhan badaniah ibu dan bayi. Kehangatan tubuh ibu memberikan stimulasi mental yang diperlukan bayi, sehingga mempengaruhi kelanjutan perkembangan psikologis bayi. Ibu yang dapat memberikan ASI secara eksklusif, merupakan kepuasan tersendiri.
Aspek edukatif
Rawat gabung memberikan pengalaman bagi ibu dalam hal cara merawat bayi dan merawat dirinya sendiri pasca melahirkan. Pada saat inilah, dorongan suami dan keluarga sangat dibutuhkan oleh ibu.
Aspek ekonomi
Rawat gabung tidak hanya memberikan manfaat pada ibu maupun keluarga, tetapi juga untuk rumah sakit maupun pemerintah. Hal ini merupakan suatu penghematan dalam pembelian susu buatan dan peralatan lain yang dibutuhkan.
Aspek medis
Pelaksanaan rawat gabung dapat mencegah terjadinya infeksi nosokomial. Selain itu, ibu dapat melihat perubahan fisik atau perilaku bayinya yang menyimpang dengan cepat. Sehingga dapat segera menanyakan kepada petugas kesehatan sekiranya ada hal-hal yang dianggap tidak wajar.

5. Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin.
Pemberian ASI sebaiknya sesering mungkin tidak perlu dijadwal, bayi disusui sesuai dengan keinginannya (on demand). Bayi dapat menentukan sendiri kebutuhannya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung akan kosong dalam 2 jam. Menyusui yang dijadwalkan akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi berikutnya.
6. Memberikan kolustrum dan ASI saja.
ASI dan kolustrum merupakan makanan yang terbaik untuk bayi. Kandungan dan komposisi ASI sangat sesuai dengan kebutuhan bayi pada keadaan masing-masing. ASI dari ibu yang melahirkan prematur sesuai dengan kebutuhan prematur dan juga sebaliknya ASI dari ibu yang melahirkan bayi cukup bulan maka sesuai dengan kebutuhan bayi cukup bulan juga.

7. Menghindari susu botol dan “dot empeng”.
Pemberian susu dengan botol dan kempengan dapat membuat bayi bingung puting dan menolak menyusu atau hisapan bayi kurang baik. Hal ini disebabkan, mekanisme menghisap dari puting susu ibu dengan botol jauh berbeda.

2.3. Proses laktasi
Pengertian Laktasi
Laktasi adalah proses produksi, sekresi, dan pengeluaran ASI.
Pengaruh Hormonal
Proses laktasi tidak terlepas dari pengaruh hormonal, adapun hormon-hormon yang berperan adalah :
Progesteron, berfungsi mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli. Tingkat progesteron dan estrogen menurun sesaat setelah melahirkan. Hal ini menstimulasi produksi secara besar-besaran.
Estrogen, berfungsi menstimulasi sistem saluran ASI untuk membesar. Tingkat estrogen menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa bulan selama tetap menyusui. Sebaiknya ibu menyusui menghindari KB hormonal berbasis hormon estrogen, karena dapat mengurangi jumlah produksi ASI.
Ø  Follicle stimulating hormone (FSH)
Ø  Luteinizing hormone (LH)
Ø  Prolaktin, berperan dalam membesarnya alveoil dalam kehamilan.
Oksitosin, berfungsi mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat melahirkan dan setelahnya, seperti halnya juga dalam orgasme. Selain itu, pasca melahirkan, oksitosin juga mengencangkan otot halus di sekitar alveoli untuk memeras ASI menuju saluran susu. Oksitosin berperan dalam proses turunnya susu let-down/ milk ejection reflex.
Human placental lactogen (HPL): Sejak bulan kedua kehamilan, plasenta mengeluarkan banyak HPL, yang berperan dalam pertumbuhan payudara, puting, dan areola sebelum melahirkan.
            Pada bulan kelima dan keenam kehamilan, payudara siap memproduksi ASI. Namun, ASI bisa juga diproduksi tanpa kehamilan (induced lactation).

Proses Pembentukan Laktogen
Proses pembentukan laktogen melalui tahapan-tahapan berikut:
Laktogenesis I
Laktogenesis II
Laktogenesis III

Laktogenesis I
Merupakan fase penambahan dan pembesaran lobulus-alveolus. Terjadi pada fase terakhir kehamilan. Pada fase ini, payudara memproduksi kolostrum, yaitu berupa cairan kental kekuningan dan tingkat progesteron tinggi sehingga mencegah produksi ASI. Pengeluaran kolustrum pada saat hamil atau sebelum bayi lahir, tidak menjadikan masalah medis. Hal ini juga bukan merupakan indikasi sedikit atau banyaknya produksi ASI.

Laktogenesis II
Pengeluaran plasenta saat melahirkan menyebabkan menurunnya kadar hormon progesteron, esterogen dan HPL. Akan tetapi kadar hormon prolaktin tetap tinggi. Hal ini menyebabkan produksi ASI besar-besaran. Apabila payudara dirangsang, level prolaktin dalam darah meningkat, memuncak dalam periode 45 menit, dan kemudian kembali ke level sebelum rangsangan tiga jam kemudian. Keluarnya hormon prolaktin menstimulasi sel di dalam alveoli untuk memproduksi ASI, dan hormon ini juga keluar dalam ASI itu sendiri. Penelitian mengemukakan bahwa level prolaktin dalam susu lebih tinggi apabila produksi ASI lebih banyak, yaitu sekitar pukul 2 pagi hingga 6 pagi, namun level prolaktin rendah saat payudara terasa penuh. Hormon lainnya, seperti insulin, tiroksin, dan kortisol, juga terdapat dalam proses ini, namun peran hormon tersebut belum diketahui. Penanda biokimiawi mengindikasikan bahwa proses laktogenesis II dimulai sekitar 30-40 jam setelah melahirkan, tetapi biasanya para ibu baru merasakan payudara penuh sekitar 50-73 jam (2-3 hari) setelah melahirkan. Artinya, memang produksi ASI sebenarnya tidak langsung keluar setelah melahirkan. Kolostrum dikonsumsi bayi sebelum ASI sebenarnya. Kolostrum mengandung sel darah putih dan antibodi yang tinggi daripada ASI sebenarnya, khususnya tinggi dalam level immunoglobulin A (IgA), yang membantu melapisi usus bayi yang masih rentan dan mencegah kuman memasuki bayi. IgA ini juga mencegah alergi makanan. Dalam dua minggu pertama setelah melahirkan, kolostrum pelan pelan hilang dan tergantikan oleh ASI sebenarnya.

Laktogenesis III
Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI selama kehamilan dan beberapa hari pertama setelah melahirkan. Ketika produksi ASI mulai stabil, sistem kontrol autokrin dimulai. Pada tahap ini, apabila ASI banyak dikeluarkan, payudara akan memproduksi ASI banyak. Penelitian berkesimpulan bahwa apabila payudara dikosongkan secara menyeluruh juga akan meningkatkan taraf produksi ASI. Dengan demikian, produksi ASI sangat dipengaruhi seberapa sering dan seberapa baik bayi menghisap, dan juga seberapa sering payudara dikosongkan.
Produksi ASI yang rendah adalah akibat dari:
Ø  Kurang sering menyusui atau memerah payudara
Ø  Apabila bayi tidak bisa menghisap ASI secara efektif, antara lain akibat: struktur mulut dan rahang yang kurang baik; teknik perlekatan yang salah.
Ø  Kelainan endokrin ibu (jarang terjadi)
Ø  Jaringan payudara hipoplastik
Ø  Kelainan metabolisme atau pencernaan bayi, sehingga tidak dapat mencerna ASI
Ø  Kurangnya gizi ibu

2.4. Manfaat Pemberian ASI
Manfaat Pemberian ASI Bagi Ibu, yaitu:
Saat menyusui,tanpa disadari ibu melapaskan hormone prolaktin,yaitu hormonyang menghasilkan kedamaian.Sehingga membuat ibu merasa lebih santai.
Selain prolaktin juga menghasilkan hormone oksitosin,hormone yang mengakibatkan perasaan kasih sayang dan hubungan emosional antara ibu dengan bayinya. Di samping kepuasan emosional,menyusui memberikan keuntungan kesehatan bagi ibu. Hormon oksitosin berfungsi mengembalikan uterus ke ukuran normal dengan lebih cepat  dan mencegah pendarahan pasca melahirkan. Para ahli menyatakan bahwa menyusui dapat mengurangi resiko timbulnya kanker ovarium dan kanker payudara di masa yang akan datang. Menyusui secara ekslusif bisa menunda kembalinya masa menstruasi ibu sehinggamerupakan kontrasepsi alami. Menyusui lebih praktis ekonomis dan menghemat waktu. Saat menyusui,merupakan saat yang kerap dimanfaatkan oleh ibu untuk mempercepat hubungan emosional  antara ibu dan bayi. Mengurus bayi,termasuk menyusui,membutuhkan kalori yang banyak.sehingga mempercepat proses penerunan berat badan. Menyusui bisa membantu meningkatkan kepadatan mineral tulang setelah menyapih,sehingga melindungi anda dari osteoporosis dan keretakan tulang pada usia tua.

Manfaat Pemberian ASI untuk Bayi, yaitu:
Ø  Pemberian ASI merupakan metode pemberian makan bayi yang terbaik, terutama pada bayi umur kurang dari 6 bulan, selain juga bermanfaat bagi ibu. ASI mengandung semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk memenuhi seluruh gizi bayi pada 6 bulan pertama kehidupannya
Ø  Pada umur 6 sampai 12 bulan, ASI masih merupakan makanan utama bayi, karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi. Guna memenuhi semua kebutuhan bayi, perlu ditambah dengan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
Ø  Setelah umur 1 tahun, meskipun ASI hanya bisa memenuhi 30% dari kebutuhan bayi, akan tetapi pemberian ASI tetap dianjurkan karena masih memberikan manfaat
Ø  ASI disesuaikan secara unik bagi bayi manusia, seperti halnya susu sapi adalah yang terbaik untuk sapi
Ø  Komposisi ASI ideal untuk bayi
Ø  Dokter sepakat bahwa ASI mengurangi resiko infeksi lambung-usus, sembelit, dan alergi
Ø  Bayi ASI memiliki kekebalan lebih tinggi terhadap penyakit. Contohnya, ketika si ibu tertular penyakit (misalnya melalui makanan seperti gastroentretis atau polio), antibodi sang ibu terhadap penyakit tersebut diteruskan kepada bayi melalui ASI
Ø  Bayi ASI lebih bisa menghadapi efek kuning (jaundice). Level bilirubin dalam darah bayi banyak berkurang seiring dengan diberikannya kolostrum dan mengatasi kekuningan, asalkan bayi tersebut disusui sesering mungkin dan tanpa pengganti ASI.
Ø  ASI selalu siap sedia setiap saat bayi menginginkannya, selalu dalam keadaan steril dan suhu susu yang pas

Dengan adanya kontak mata dan badan, pemberian ASI juga memberikan kedekatan antara ibu dan anak. Bayi merasa aman, nyaman dan terlindungi, dan ini mempengaruhi kemapanan emosi si anak di masa depan.
Apabila bayi sakit, ASI adalah makanan yang terbaik untuk diberikan karena sangat mudah dicerna. Bayi akan lebih cepat sembuh.
Bayi prematur lebih cepat tumbuh apabila mereka diberikan ASI perah. Komposisi ASI akan teradaptasi sesuai dengan kebutuhan bayi, dan ASI bermanfaat untuk menaikkan berat badan dan menumbuhkan sel otak pada bayi prematur.
Beberapa penyakit lebih jarang muncul pada bayi ASI, di antaranya: kolik, SIDS (kematian mendadak pada bayi), eksim, Chron’s disease, dan Ulcerative Colitis.
IQ pada bayi ASI lebih tinggi 7-9 point daripada IQ bayi non-ASI. Menurut penelitian pada tahun 1997, kepandaian anak yang minum ASI pada usia 9 1/2 tahun mencapai 12,9 poin lebih tinggi daripada anak-anak yang minum susu formula.
            Menyusui bukanlah sekadar memberi makan, tapi juga mendidik anak. Sambil menyusui, eluslah si bayi dan dekaplah dengan hangat. Tindakan ini sudah dapat menimbulkan rasa aman pada bayi, sehingga kelak ia akan memiliki tingkat emosi dan spiritual yang tinggi. Ini menjadi dasar bagi pertumbuhan manusia menuju sumber daya manusia yang baik dan lebih mudah untuk menyayangi orang lain.

2.5. Komposisi Zat dalam ASI
            Kandungan ASI nyaris tak tertandingi. ASI mengandung zat gizi yang secara khusus diperlukan untuk menunjang proses tumbuh kembang otak dan memperkuat daya tahan alami tubuhnya. Kandungan ASI yang utama terdiri dari:

1. LAKTOSA
            Merupakan jenis karbohidrat utama dalam ASI yang berperan penting sebagai sumber energi . Selain itu laktosa juga akan diolah menjadi glukosa dan galaktosa yang berperan dalam perkembangan sistem syaraf. Zat gizi ini membantu penyerapan kalsium dan magnesium di masa pertumbuhan bayi.

2. LEMAK
            Merupakan zat gizi terbesar kedua di ASI dan menjadi sumber energi  utama bayi serta berperan dalam pengaturan suhu tubuh bayi. Lemak di ASI mengandung komponen asam lemak esensial yaitu: asam linoleat dan asam alda linolenat  yang akan diolah oleh tubuh bayi menjadi AA dan DHA. AA dan DHA sangat penting untuk perkembangan otak bayi.

3. OLIGOSAKARIDA
            Merupakan komponen bioaktif di ASI yang berfungsi sebagai prebiotik karena terbukti meningkatkan jumlah bakteri sehat yang secara alami hidup dalam sistem pencernaan bayi.

4. PROTEIN
Komponen dasar dari protein adalah asam amino, berfungsi sebagai pembentuk struktur otak. Beberapa jenis asam amino tertentu, yaitu taurin, triptofan, dan fenilalanin merupakan senyawa yang berperan dalam proses ingatan.

Komposisi zat utama dalam ASI:
1. Laktosa- 7gr/100ml.
2. Lemak- 3,7-4,8gr/100ml.
3. Oligosakarida- 10-12 gr/ltr.
4. Protein- 0,8-1,0gr/100ml.

Ø  Komposisi Zat Gizi Kolostrum, ASI dan PASI
Kandungan zat gizi dalam kolostrum, ASI dan PASI (pengganti air susu ibu) memiliki komposisi yang berbeda. Kandungan protein dalam kolostrum jauh lebih tinggi dari pada ASI. Hal ini menguntungkan bayi yang baru lahir karena dengan mendapat sedikit kolostrum ia sudah mendapat cukup protein yang dapat memenuhi kebutuhan bayi pada minggu pertama.
Ø  Komposisi zat gizi dalam kolostrum, ASI dan PASI
Kandungan zat gizi dalam kolostrum, ASI dan PASI (pengganti air susu ibu) memiliki komposisi yang berbeda. Kandungan protein dalam kolostrum jauh lebih tinggi dari pada ASI. Hal ini menguntungkan bayi yang baru lahir karena dengan mendapat sedikit kolostrum ia sudah mendapat cukup protein yang dapat memenuhi kebutuhan bayi pada minggu pertama.



Karbohidrat
Karbihdrat dalam ASI berbentuk laktosa yang jumlahnya berubah-ubah setiap hari menurut kebutuhan tumbuh kembang bayi. Rasio jumlah laktosa dalam ASI dan PASI adalah 7:4 sehingga ASI terasa lebih manis dibandingkan dengan PASI. Hal ini menyebabkan bayi yang sudah mengenal ASI dengan baik cenderung tidak mau minum PASI. Dengan demikian pemberian ASI akan semakin sukses.
Hidrat arang dalam ASI merupakan nutrisi yang penting untuk pertumbuhan sel syaraf otak dan pemberi energi untuk kerja sel-sel syaraf. Selain itu karhidrat memudahkan penyerapan kalsium mempertahankan factor bifidus di dalam usus (faktor yang menghambat pertumbuhan bakteri yang berbahaya dan menjadikan tempat yang baik bagi bakteri yang menguntungkan) dan dan mempercepat pengeluaran kolostrum sebagai antibody bayi
Protein
Protein dalam ASI lebih rendah dibandingkan dengan PASI. Namun demikian protein ASI sangat cocok karena unsur protein didalamnya hampir seluruhnya terserap oleh sistem pencernan bayi yaitu protein unsur whey. Perbandingan protein unsur whey dan casein adalam ASI adalah 80:40, sedangkan dalam PASI 20:80.
Artinya protein pada PASI hanya sepertiganya protein ASI yang dapat diserap oleh sistem pencernaan bayi dan harus membuang dua kali lebih banyak protein yang sukar diabsorpsi. Hal ini yang memungkinkan bayi akan sering menderita diare dan defekasi dengan feces berbentuk biji cabe yang menunjukkan adanya makanan yang sukar diserap bila bayi diberikan PASI.
Lemak
Kadar lemak dalam ASI pada mulanya rendah kemudian meningkat jumlahnya. Lemak dalam ASI berubah kadarnya setiap kali diisap oleh bayi dan hal ini terjadi secara otomatis. Komposisi lemak pada lima menit pertama isapan akan berbeda dengan 10 menit kemudian, Kadar lemak pada hari pertama berbeda dengan hari kedua dan akan terus berubah menurut perkembangan bayi dan kebutuhan energi yang diperlukan. Jenis lemak yang ada dalam ASI mengandung lemak rantai panjang yang dibutuhkan oleh sel jaringan otak dan sangat mudah dicerna karena mengandung enzim lipase.
Lemak dalam bentuk Omega 3, Omega 6, dan DHA yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan sel-sel jaringan otak. Susu formula tidak mengandung enzim, karena enzim akan mudah rusak bila dipanaskan. Dengan tidak adanya enzim, bayi akan sulit menyerap lemak PASI sehingga menyebabkan bayi lebih mudah terkena diare. Jumlah asam linoleat dalam ASI sangat tinggi dan perbandinganya dengan PASI yaitu 6:1. Asam linoleat adalah jenis asam lemak yang tidak dapat dibuat oleh tubuh yang berfungsi untuk memacu perkembangan sel syaraf otak bayi.
Mineral
ASI megandung mineral yang lengkap walaupun kadarnya relatif rendah, tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai berumur 6 bulan. Zat besi dan kalsium dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil dan mudah diserap dan jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diet ibu.
Dalam PASI kandungan mineral jumlahnya tinggi, tetapi sebagian besar tidak dapat diserap. Hal ini akan memperberat kerja usus bayi serta menganggu keseimbangan dalam usus dan meningkatkan pertumbuhan bakteri yang merugikan sehingga mengakibatkan kontraksi usus bayi tidak normal. Bayi akan kembung, gelisah karena obstipasi atau ganguan metabolisme.
Vitamin
ASI mengandung vitamin yang lengkap yang dapat mencukupi kebutuhan bayi sampai 6 bulan kecuali vitamin K, karena bayi baru lahir ususnya belum mampu membentuk vitamin K.

2.6. Upaya Memperbanyak ASI
Cara meningkatkan produksi ASI dapat dilakukan dengan hal-hal sebagai berikut:
Ø  Melakukan persiapan menyusui saat ibu sedang hamil.
Ø  Susuilah bayi segera setalah bayi lahir.
Ø  Susuilah bayi sesering mungkin. Semakin sering bayi menghisap puting susu, semakin banyak ASI yang keluar.
Ø  Susuilah bayi dari kedua payudara yang kiri dan kanan secara bergantian pada setiap kali menyusui.
Ø  Jangan memberikan makanan dan minuman lain selain ASI sampai dengan usia bayi 4 bulan.

Tips Memperbanyak ASI
Ø  Tingkatkan frekuensi menyusui/memompa/memeras ASI. Jika anak belum mau menyusu krn masih kenyang, perahlah / pompalah ASI. Ingat ! produksi ASI prinsipnya based on demand sama spt prinsip pabrik. Jika makin sering diminta (disusui/diperas/dipompa) maka makin banyak yg ASI yg diproduksi.
Ø  Kosongkan payudara setelah anak selesai menyusui. Bahasan ini masih terkait dg point di atas. Makin sering dikosongkan, maka produksi ASI juga makin lancar.
Ø  Yang tidak kalah pentingnya : ibu harus dalam keadaan relaks. Kondisi  psikologis  ibu menyusui sangat menentukan keberhasilan ASI eksklusif. Menurut hasil penelitian, > 80% lebih kegagalan ibu menyusui dalam memberikan ASI eksklusif adalah faktor psikologis ibu menyusui. Ingat : 1 pikiran “duh ASI peras saya cukup gak ya?” maka pada saat bersamaan ratusan sensor pada otak akan memerintahkan hormon oksitosin (produksi ASI) utk bekerja lambat. Dan akhirnya produksi ASI menurun. Relaks saja ya bu. Disini sebetulnya peran besar sang ayah. Jika ayah mendukung maka ASI akan lancar. Mendukung bisa dengan  berbagai cara mulai dari menyemangati istri hingga hal2 lain spt menyendawakan bayi setelah menyusu, menggendong bayi utk disusukan ke ibunya, dsbnya.
Ø  Hindari pemberian susu formula. Terkadang karena banyak orangtua merasa bahwa ASInya masih sedikit atautakut anak gak kenyang, banyak yg segera memberikan susu formula. Padahal pemberian susu formula itu justru akan menyebabkan ASI semakin tidak lancar. Anak relatif malas menyusu atau malah bingung puting terutama pemberian susu formula dg dot. Begitu bayi diberikan susu formula, maka saat ia menyusu pada ibunya akan kekenyangan. Sehingga volume ASI makin berkurang. Makin sering susu formula diberikan makin sedikit ASI yg diproduksi.

Ø  Hindari penggunaan DOT, empeng, Jika ibu ingin memberikan ASI peras/pompa (ataupun memilih susu formula) berikan ke bayi dg menggunakan sendok, bukan dot ! Saat ibu memberikan dg dot, maka anak dapat mengalami BINGUNG PUTING (nipple confusion). Kondisi dimana bayi hanya menyusu di ujung puting seperti ketika menyusu dot. Padahal, cara menyusu yang benar adalah seluruh areola (bag. gelap disekitar puting payudara) ibu masuk ke mulut bayi. Akhirnya, si kecil jadi ogah menyusu langsung dari payudara lantaran ia merasa betapa sulitnya mengeluarkan ASI. Sementara kalau menyusu dari botol, hanya dengan menekan sedikit saja dotnya, susu langsung keluar. Karena itu hindari penggunaan dot dsbnya.
Ø  Datangi klinik laktasi. Jangan ragu untuk menghubungi atau konsultasi dg klinik laktasi. Disana ibu dan ayah mendapatkan masukan secara teknis agar ASI tetap optima.

Ø  Ibu menyusui mengkonsumsi makanan bergizi.
Ø  Lakukan perawatan payudara : Massage / pemijatan payudara dan kompres air hangat & air dingin bergantian.
Agar ASI lancar di awal masa menyusui (Diterjemahkan Luluk dari artikel “How to Get Your Milk Supply Off to a Good Start”). Idealnya proses menyusui dapat segera dilakukan begitu bayi lahir. Bayi yang lahir cukup bulan akan memiliki naluri utk menyusu pada ibunya di 20 – 30 menit setelah ia lahir. Itupun jika ia tidak mengantuk akibat pengaruh obat ataupun anastesi yang diberikan ke ibu saat proses melahirkan.
            Di jam-jam pertama, bayi akan relatif tenang, terjaga dan memiliki kemampuan bawaan utk melakukan proses latch-on (proses masuknya sebagian besar ke dalam mulut bayi hingga ia dapat “mengunci” dan menyusu dg baik) dan menyusu dengan baik. Riset menunjukkan bahwa bayi baru lahir yang diletakkan di perut ibu sesaat setelah ia lahir, akan mampu mencari payudara ibu dan menyusu dengan baik dalam kurun waktu kurang dari 50 menit.
Memisahkan bayi dari ibunya sebelum hal tsb dilakukan akan membuat bayi kehilangan kesempatan besar. Bayi akan mengantuk dan kehilangan minatnya utk menyusu pada ibunya. Akibatnya proses inisiasi menyusui mengalami hambatan. Oleh karena itu, pastikan bahwa bayi mendapatkan kesempatan utk melakukan proses inisiasi menyusui paling tidak satu jam pertama setelah ia lahir. Hal ini akan menunjang proses lancarnya ASI di kemudian hari.
Meskipun proses menyusui dapat segera ibu lakukan setelah bayi lahir, beberapa bayi nampak tidak dapat latch on dengan baik setelah ia lahir. Hal ini disebabkan pengaruh epidural atau anastesi lainnya yang diberikan ibu selama masa melahirkan. Beberapa jenis anastesi mengurangi refleks bayi mencari payudara ibu dan menyusu pada ibunya, juga meningkatnya temperatur tubuh bayi dan tangisan bayi. Namun perlu dipahami bahwa jika bayi tidak dapat menyusu setelah ia lahir bukan akhir dari segalanya. Segera minta bantuan dari ahli laktasi jika bayi sulit menyusui atau melakukan latch on. Sehingga problem tersebut dapat segera diatasi. Selanjutnya, semakin seringnya bayi disusui makin meningkatkan reseptor hormon prolaktin. Jika menyusui di jam-jam pertama kelahiran tidak dapat dilakukan, alternatif terbaik berikutnya adalah memerah ASI atau pompa ASI selama 10-20 menit tiap 2 hingga 3 jam sekali, hingga bayi dapat menyusu. Tindakan tsb dapat membantu memaksimalkan reseptor prolaktin dan meminimalkan efek samping dari tertundanya proses menyusui oleh bayi. Jika ibu melahirkan di RS atau di klinik melahirkan, biasanya disediakan breastpump
elektrik dan ibu butuh bantuan menggunakannya. Perawat, konsultan laktasi ataupun bidan dapat membantu ibu dalam menggunakan alat tsb.

            Suasana yang menyenangkan, tenang dan nyaman akan membantu saat-saat berduaan dan terciptanya bonding antara ibu dan bayi. Meskpun tidak mudah membuat suasana spt it di RS, namun adanya dukungan, support dan kenyamanan akan membantu ibu dalam proses makin lancarnya produksi ASI.


2.7. ASI Eksklusif
A. Pengertian ASI Eksklusif
Asi ekslusif adalah pemberian Air Susu Ibu saja ( tanpa makanan / minuman pendampg termasuk air putih maupun susu formula ) selama enam bulan, untuk kemudian diteruskan hingga 2 tahun atau lebih , dan setelah enam bulan baru didampingi dengan makanan / minuman pendamping ASI ( MPASI ) sesuai perkembangan pencernaan anak.
B. Manfaat ASI Eksulsif
Mengandung semua yang dibutuhkan bagi pertumbuhan balita yang sehat Tidak hanya mengandung zat gizi dan non zat gizi yang penting, tetapi juga mengandung enzim penyerapnya sehingga semua ASI dengan mudah diserap seluruhnya oleh bayi. Hal inilah yang membuat bayi ASI Ekslusif mudah “ Lapar “ dan sering menyusu.
Ø  Memberikan kekebalan dan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare.
Ø  Bayi ASI lebih siaga, percaya diri dan stabil dibandingkan bayi tanpa ASI
Ø  Dengan menyusui terjalinnya ikatan kasih saying yang kuat antara bayi dan ibu, dan membuat keduannya merasa aman dan bahagia.
Ø  Hemat, praktis dan ramah lingkungan, karena mengurangi sampah dari kaleng atau dus.
Ø  Mengurangi kemungkinan terkena kanker.
Ø  Membantu Ibu untuk pemulihkan uterus, pendarahan dan efek kontraseptis
Ø  Dan lain – lain.

C. Prinsip pemberian ASI
Ø  Susui bayi segera dalam 30 – 60 menit setelah lahir.
Ø  Semakin sering menyusui semakin banyak ASI keluar, Produksi ASI = Demand on Supplai.
Ø  Pemberian makanan dan minuman lain akan mengurangi jumlah ASI.
Ø  Ibu dapat menyusui dan mempunyai cukup ASI untuk bayinya. Oleh karena itu perlu mengetahui “ cara menyusui “ yang benar.

D.  Kendala – kendala pemberian ASI Ekslusif
Ø  Kurang dimengertinya konsep dan pentingnya ASI Ekslusif baik bagi para ibu maupun tenaga kesehatan.
Ø  Adanya pendapat bahwa dengan pemberian ASI, bentuk payudara akan berubah.
Ø  Kurangnya waktu bagi wanita pekerja untuk memberikan ASI secara langsung.
Ø  Tidak adanya sarana dan prasarana penunjang untuk memerah ASI dan tempat penyimpanan ASI di perusahaan tempat ibu bekerja.
Ø  Adanya pelanggaran cara – cara promosi tertentu yang dapat menyesatkan para ibu untuk mempercayai bahwa susu formula dan makanan pendamping tersebut sama baiknya dengan ASI.

E. Upaya pemerintah untuk mendukung pemberian ASI Eksulsif
Dikarenakan Promosi Susu Formula dan MPASI lainnya lebih gencar dibandingkan dengan promosi ASI Eklusif ini sendiri, maka program ASI Ekslusif ini kurang berjalan. Dan untuk mengatur promosi Susu Formula dan MPASI serta melindungi dan mendorong peningkatan pemberian ASI, Menteri Kesehatan menerbitkan Kepmenkes No 237/MENKES/SK/IV/1997 tentang Pemasaran Pengganti ASI ( MPASI ) dan Kepmenkes No. 450 tahun 2004 tentang ASI Ekslusif.
Namun Kepmenkes ini masih kurang mempunyai hasil dan hukum positif yang dapat memberikan sanksi perdata dan atau pidana terhadap pelanggarnya tetapi hanya berupa sanksi administrative saja, untuk itu perlu dibuatnya peraturan yang lebih tinggi dari Kepmenkes ini agar mempunyai kekuatan hukum yang lebih mengikat lagi.
Apalagi sesuai dengan pengamatan YLKI, di Indonesia terjadi banyak pelanggaran promosi Susu Formula dan MPASI baik disekitar pelayanan kesehatan maupun di tempat umum lainnya. Jika ini dibiarkan terus tentunya hal ini akan membuat masyarakat mendapatkan informasi yang tidak imbang bahkan cenderung menyesatkan.
Sementara itu, Depnaker RI baru memberikan kebijakan untuk perusahaan dapat memberikan cuti melahirkan selama 3 bulan dengan tujuan memberikan kesempatan bagi pekerja wanita memulihkan pasca melahirkan sekaligus memberikan kesempatan bagi ibu pekerja untuk menyusui secara langsung. Namun apabila masa cuti melahirkan sudah selesai, ibu pekerja harus kembali masuk, dan pada akhirnya mereka menemui kendala tersendiri dalam upaya memberikan ASI ekslusif terutama bagi perusahaan yang tidak menyediakan sarana dan prasarana untuk memerah ASI dan menyimpan Asi atau Tempan Penitipan Anak.
Untuk itu masih banyak “ Pekerjaan Rumah “ yang harus dikerjakan oleh semua pihak baik masyarakat, tenaga kesehatan, serta pemerintah untuk mendukung dan menyukseskan ASI ekslusif ini.

2.8. Cara Merawat Payudara
Siapapun pasti ingin memiliki payudara yang sehat, indah juga kencang. Namun untuk mendapatkan semua itu tentunya Anda harus berbuat yang terbaik bagi payudara Anda. Ini dia tips yang bisa Anda manfaatkan.
Payudara mungkin bisa menjadi aset berharga Anda yang tentunya perlu perawatan khusus. Karena seiring dengan berkembangnya usia, payudara Anda pun akan mengalami berbagai masalah. Misalnya pengenduran payudara, menyusutnya kelenjar susu, stretch mark, melemahnya jaringan ikat penyangga payudara juga elastisitas kulit payudara yang berkurang. Apalagi setelah proses melahirkan dan menyusui, payudara Anda mungkin tak lagi terlihat indah seperti sebelumnya.
Namun ada beberapa hal yang patut Anda coba untuk mempertahankan keindahan payudara Anda. Mulai perawatan dari dalam payudara hingga keluar payudara.
1. Payudara Anda juga perlu nutrisi.
Konsumsi makanan yang seimbang dengan jumlah kalori yang cukup. Sehingga berat badan yang ideal bisa Anda dapatkan. Dengan berat badan ideal tentunya penampilan tubuh Anda secara keseluruhan termasuk payudara akan terbentuk dengan alami. Dengan demikian penampilan Anda pun akan terlihat menarik.
2. Kulit payudara Anda hanya mengandung sedikit kolagen.
Terutama di bagian areola (kulit sekitar puting) dan puting. Oleh karena itu kangan menggesek payudara dengan benda kasar misalnya scrub atau handuk. Apalagi ketika seminggu menjelang siklus bulanan. Untuk mengatasi kulit kering gunakan saja pelembab tanpa pewangi.
3. Olahraga juga bisa menjadi usaha Anda untuk mengembalikan kekencangan payudara.
            Gerakan olahraga yang dilakukan secara teratur akan melatih otot-otot dada. Lakukan secara teratur untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
4. Gunakan juga bra yang sesuai dengan ukuran dan bentuk payudara Anda.
 Yang terpenting adalah bra harus nyaman dipakai. Gunakan bra khusus ketika Anda berolahraga. Sehingga keringat mudah terserap dan payudara tersangga dengan baik.
5. Bedah estetika bisa menjadi pilihan terakhir Anda jika payudara sudah mengalami permasalahan yang serius bagi Anda.

Bedah ini biasanya dilakukan untuk mengoreksi payudara yang tidak simetris, mengubah bentuk dan ukuran payudara atau hanya sekedar mengencangkan payudara. Namun jika bentuk payudara Anda baik-baik saja sebaiknya hindari bedah estetika. Semua orang diciptakan tidak ada yang sempurna.
Salah satu upaya mengetahui kelainan pada payudara adalah dengan melakukan SADARI (Periksa Payudara Sendiri). SADARI dapat dilakukan 7-10 hari sesudah menstruasi hari terakhir. Untuk membantu proses ini, oleskan sedikit minyak zaitun atau busa sabun mandi di permukaan payudara. Ini akan memperlicin permukaan payudara. Selain itu tangan menjadi lebih sensitif meraba kemungkinan adanya benjolan di payudara.

Langkah-langkah melakukan SADARI:
a. Dalam posisi berbaring telentang, letakkan tangan kanan di bawah kepala. Letakkan sebuah bantal kecil di bawah punggung sebelah kanan.
b. Raba seluruh bagian payudara sebelah kanan dengan menggunakan 3 ujung jari tengah yang dirapatkan.
c. Lakukan gerakan memutar dan tekanan lembut tetapi mantap. Lakukan gerakan ini mulai dari bagian pinggir searah jarum jam.
d. Ulangi gerakan serupa pada payudara sebelah kiri. Rasakan dan perhatikan dengan seksama, apabila muncul benjolan yang mencurigakan.
e. Tekan pelan-pelan daerah di sekitar puting. Perhatikan, apakah puting mengeluarkan cairan yang tidak normal.
f. Dalam posisi berdiri dan lengan lurus ke bawah, teliti kedua payudara di depan cermin. Perhatikan, bila ada benjolan atau perubahan bentuk payudara.
g. Angkat kedua lengan lurus ke atas. Ulangi langkah di atas.

2.9. Cara Menyusui yang Benar
Pengertian Teknik Menyusui Yang Benar
Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Perinasia, 1994).
Pembentukan dan Persiapan ASI
            Persiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan kehamilan. Pada kehamilan, payudara semakin padat karena retensi air, lemak serta berkembangnya kelenjar-kelenjar payudara yang dirasakan tegang dan
sakit. Bersamaan dengan membesarnya kehamilan, perkembangan dan persiapan untuk memberikan ASI makin tampak. Payudara makin besar, puting susu makin menonjol, pembuluh darah makin tampak, dan aerola mamae makin menghitam.
            Persiapan memperlancar pengeluaran ASI dilaksanakan dengan jalan
1. Membersihkan puting susu dengan air atau minyak, sehingga epitel yang lepas tidak menumpuk.
2. Puting susu ditarik-tarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk memudahkan isapan bayi.
3. Bila puting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu atau dengan jalan operasi.
Posisi dan perlekatan menyusui
            Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyususi yang tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring.

 








Gambar 1. Posisi menyusui sambil berdiri yang benar (Perinasia, 1994)







Gambar 2. Posisi menyusui sambil duduk yang benar (Perinasia, 1994)

 









Gambar 3. Posisi menyusui sambil rebahan yang benar (Perinasia, 1994)
Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu seperti ibu pasca operasi sesar. Bayi diletakkan disamping kepala ibu dengan  posisi kaki diatas. Menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara seperti memegang bola bila disusui bersamaan, dipayudara kiri dan kanan. Pada ASI yang memancar (penuh), bayi ditengkurapkan diatas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala bayi, dengan posisi ini bayi tidak tersedak.

 









Gambar 4. Posisi menyusui balita pada kondisi normal (Perinasia, 1994)

 








Gambar 5. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di ruang perawatan (Perinasia, 2004)

 





Gambar 6. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di rumah (Perinasia, 2004)

 








Gambar 7. Posisi menyusui bayi bila ASI penuh (Perinasia, 2004)

 








Gambar 8. Posisi menyusui bayi kembar secara bersamaan (Perinasia, 2004)

Langkah-langkah menyusui yang benar
            Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan disekitar putting, duduk dan berbaring dengan santai.

 







Gambar 9. Cara meletakan bayi (Perinasia, 2004)



 








Gambar 10. Cara memegang payudara (Perinasia, 2004)
            Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi lurus, hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan puting susu, dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyetuh bibir bayi ke puting susunya dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.

 










Gambar 11. Cara merangsang mulut bayi (Perinasia, 2004)
            Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa sehingga bibir bawah bayi terletak di bawah puting susu.
Cara melekatkan mulut bayi dengan benar yaitu dagu menempel pada payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar dan bibir bawah bayi membuka lebar.




 










Gambar 12. Perlekatan benar (Perinasia, 2004)

 










Gambar 13. Perlekatan salah (Perinasia, 2004)

Cara pengamatan teknik menyusui yang benar
Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu. Apabila bayi telah
menyusui dengan benar maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut :
Ø  Bayi tampak tenang.
Ø  Badan bayi menempel pada perut ibu.
Ø  Mulut bayi terbuka lebar.
Ø  Dagu bayi menmpel pada payudara ibu.
Ø  Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak yang masuk.
Ø  Bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan.
Ø  Puting susu tidak terasa nyeri.
Ø  Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
Ø  Kepala bayi agak menengadah.


 











Gambar 14. Teknik menyusui yang benar (Perinasia, 2004)

Lama dan frekuensi menyusui
Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga tindakan menyusui bayi dilakukan di setiap saat bayi membutuhkan, karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila
bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing, kepanasan/kedinginan atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi tidak memiliki pola yang teratur dalam menyusui dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1 – 2 minggu kemudian.

Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui tanpa jadwal, sesuai kebutuhan bayi akan mencegah timbulnya masalah menyusui. Ibu yang bekerja dianjurkan agar lebih sering menyusui pada malam hari. Bila sering disusukan pada malam hari akan memicu produksi ASI.
Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara maka sebaiknya setiap kali menyusui harus dengan kedua payudara. Pesankan kepada ibu agar berusaha menyusui sampai payudara terasa kosong, agar produksi ASI menjadi lebih baik. Setiap kali menyusui, dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan. Selama masa menyusui sebaiknya ibu menggunakan kutang (BH) yang dapat menyangga payudara, tetapi tidak terlalu ketat.


 









Gambar 15. Kutang (BH) yang baik untuk ibu menyusui (Perinasia, 2004)

2.10 Masalah Dalam Pemberian ASI
          Suksesnya ASI eksklusif 6 bulan (and beyond, bagusnya sampai 2 th) selain tergantung dari ibu dan bayi, juga tergantung dari dukungan ayah.karena sangat mendukung dalam pemberian ASI. Beberapa masalah yang dihadapi dalam pemberian ASI:




Permasalahan dalam Menyusui dan Cara Mengatasinya

a. Puting susu datar dan terpendam
Cara mangatasinya: Puting susu ditarik-tarik sampai menonjol, kalau perlu dengan bantuan pompa susu.

b. Puting lecet adan nyeri
Hal ini disebabkan oleh karena posisi menyusui atau cara menghisap yang salah, puting susu belum meregang (belum siap untuk disusui), dan hisapan bayi sangat kuat. Cara mengatasinya:
Ø  Mulai menyusui pada puting yang tidak sakit. Susui sebelum bayi sangat lapar agar menghisapnya tidak terlalu kuat
Ø  Perbaiki cara menghisap, bibir bayi menutupi areola diantara gusi atas dan bawah
Ø  Jangan membersihkan puting dengan sabun atau alkohol
Ø  Perhatikan cara melepaskan mulut bayi dari puting setelah selesai menyusui. Letakkan jari kelingking di sudut bawah
Ø  Keluarkan sedikit ASI untuk dioles pada puting selesai menyusui
Ø  Biarkan puting kering sebelum memakai BH
Ø  Kalau lecet tidak sembuh dalam 1 minggu, rujuk ke Puskesmas
Ø  Usahakan bayi menghisap sampai kebagian hitam disekitar puting (aerola).

c. Payudara bengkak
Sekitar hari ke 3-4 payudara sering terasa lebih penuh atau tegang disertai rasa nyeri. Cara mengatasinya:
Ø  Susuilah bayi sesuai kebutuhan
Ø  Susuilah bayi tanpa dijadwal sesuai kebutuhan
Ø  Keluarkan ASI dengan pompa atau manual dengan tangan bila produksi ASI melebihi kebutuhan bayi
Ø  Untuk mengurangi rasa sakit, kompres dengan air hangat
Ø  Lakukan pengurutan mulai dari puting kearah pangkal.
d. Saluran ASI tersumbat
Cara mengatasinya:
Ø  Kelurakan ASI dengan tangan/pompa
Ø  Kompres air hangat sebelum menyusui, kompres air dingin setelah menyusui

e. Radang payudaraTerjadi pada 1-3 minggu setelah melahirkan. Tanda-tandanya adalah:
Ø  Kulit payudara tampak lebih merah.
Ø  Payudara mengeras
Ø  Nyeri dan berbenjol-benjol
Cara mengatasinya:
Ø  Tetap menyusui bayi
Ø  Bila disrtai demam dan nyeri dapat diberi obat penurun demam dan menghilangkan rasa nyeri
Ø  Bila belum berhasil segera rujuk ke Puskesmas
Ø  Lakukan perawatan payudara secara baik dan teratur

f. Payudara abses
Abses pada payudara disebabkan karena radang payudara. Untuk sementara payudara yang abses tidak dipakai untuk menyusui. Rujuk ke Puskesmas. Setalah sembuh bayi dapat menyusui kembali.

g. Produksi ASI kurang
Ibu perlu menjaga ketenangan pikiran
Cukup istirahat dan mempertinggi rasa percaya diri akan kemampuan menyusui bayinya
Ø  Makanan ibu cukup bergizi
Ø  Tingkatkan frekuensi menghisap/menyusui



h. Bingung putting
Bila ibu bekerja atau karena sesuatu hal bayi terpaksa diberikan susu buatan, berikan dengan sendok, jangan dengan dot susu botol karena menyusui dari dot berlainan dengan puting ibu. Ini untuk menghindari agar bayi tidak bingung puting.

Mempertahankan dan mempertinggi produksi ASI.
Merawat payudara dan senam payudara. Memperhatikan makanan ibu menyusui. Ibu menyusui makan lebih banyak dari biasanya dan minum 6-8 gelas sehari. Banyak istirahat. Menjaga ketenangan pikiran dan mempertinggi rasa percaya diri akan kemampuan menyusui bayinya. Teruskan menyusui. Hisapan bayi akan merangsang produksi ASI.

Masalah Pemberian ASI pada Bayi
Walau bayi sudah memiliki refleks menghisap puting ASI ibu sejak lahir, namun pada awalnya mungkin sulit ia lakukan. Bayi Ibu memang belum terbiasa. Kadang-kadang, kesulitan pemberian ASI disebabkan oleh faktor medis yang dapat mempengaruhi selera makan bayi atau proses penyerapan makanan dan nutrisi.
            Berikut ini beberapa penyebab kesulitan pemberian ASI dan gejala yang dapat membantu Ibu mengenalinya.

Kolik
            Gejala kolik dapat dilihat dari wajah yang memerah, tangan yang mengepal, dan kaki yang diangkat-angkat ke arah dada disertai tangisan bayi selama 2-3 jam. Kolik sering muncul 15 menit setelah minum susu. Tapi bisa juga muncul kapan saja dalam minggu-minggu pertama. Kolik itu normal dialami oleh satu di antara empat bayi.




Menangis sebelum minum ASI
            Kebanyakan bayi menangis saat ia lapar. Seiring waktu, Ibu akan belajar untuk membedakan arti tangisan bayi Segera berikan ASI bila tiba saatnya bagi bayi mendapatkan ASI. Karena perut kecilnya butuh diisi ASI lebih sering walau dalam porsi sedikit. 

Menangis setelah minum ASI
            Merawat bayi memang perlu kesabaran. Kalau lapar ia menangis, setelah disusui pun bisa saja ia menangis juga. Biasanya hal ini terjadi karena ia kolik. Karena itu , bantu ia bersendawa setelah menyusu.
Cara Menyendawakan Bayi
Ø  Bayi digendong, menghadap ke belakang dengan dada bayi diletakkan pada bahu Ibu.
Ø  Kepala bayi disangga/ditopang dengan tangan Ibu.
Ø  Usap punggung bayi perlahan-lahan sampai bayi sendawa. 

Kurang pertambahan berat badan
Penurunan berat badan setelah lahirwajar bagi bayi.   tapi sebaiknya upayakan agar berat badannya berangsur-angsur naik lagi. Pertambahan berat badan tiap bayi berbeda dan akan naik sesuai perkembangan masing-masing. Bersama dokter, Ibu bisa memantau pertambahan berat badan bayi Ibu. 

Muntah
            Cukup normal bila bayi memuntahkan kembali sedikit ASI setelah meminumnya. Ini disebut gumoh. Tapi jika bayi terus-menerus muntah apalagi dalam jumlah yang banyak, mungkin bayi Ibu terkena refluks, Dan dalam kasus ini Ibu harus berkonsultasi dengan dokter anak. Ibu. 

Diare
            Diare bisa disebabkan oleh virus atau ada masalah dalam pemberian ASI. Jadi lebih baik berkonsultasi dengan dokter anak Ibu. Jika Ibu khawatir tentang frekwensi buang air besar bayi , baca artikel kami tentang kotoran bayi.
Masalah kesehatan
Sama seperti kita, tidak enak badan bisa menyebabkan bayi kehilangan selera menyusu. Misalnya bila flu berat disertai hidung tersumbat, bisa menyebabkan bayi sulit bernafas. Ia jadi enggan mengatupkan mulutnya untuk menyusu.  Penyebab lain adalah alergi makanan Ini bisa menyebabkan turunnya berat badan karena ia sulit makan.

Masalah pemberian ASI pada Ibu
Memberikan Asi kepada bayi kita merupakan suatu “kewajiban”. Asi memang sangat penting untuk bayi kita, mengingat ASI kaya akan zat-zat gizi seimbang, lengkap dan juga mengandung zat untuk kekebalan/imunitas tubuh bayi. untuk itu, jika kita pengen mempunyai anak yang sehat, cerdas, kuat & lincah. maka memberikan asi merupakan kewajiban bagi kita para ibu, tapi tentunya para bapak juga harus perhatian dan memberikan support bagi sang istri untuk bisa memberikan asi kepada sang buah hatinya. Tetapi karena berbagai hal, si ibu tidak bisa memberikan asi langsung kepada si bayi, mungkin karena bekerja. seperti saya contohnya, setiap hari keluar rumah untuk ikut mencari nafkah bagi keluarga. Banyak sekali para ibu yang lantas memberikan susu formula kepada anaknya, dengan alasan kepraktisan.padahal dengan asi, anak sehat, ibu pun bisa hemat. Untuk wanita menyusui yang bekerja, berikut beberapa tips ASI :
Ø  Peras/pompalah ASI setiap 3-4 jam sekali secara teratur. Ini perlu dilakukan agar produksi ASI tetap terjaga.
Ø  Pilih waktu dimana payudara dalam keadaan yang paling penuh terisi, pada umumnya terjadi di pagi hari.
Ø  Semua peralatan yang akan digunakan telah disterilkan terlebih dahulu. Breast pump sebaiknya dibersihkan segera setelah digunakan agar sisa susu tidak mengering dan menjadi sulit dibersihkan.
Ø  Pilih tempat yang tenang dan nyaman pada saat memerah susu, tempat yang ideal seharusnya dimana ibu tidak terganggu oleh suara bel pintu atau telepon masuk. Di tempat kerja, mungkin bisa di meeting room yg kosong, toilet, dan lain-lain.
Ø  Cuci tangan dengan sabun sedangkan payudara dibersihkan dengan air.
Ø  Sebelum memulai, minumlah segelas air atau cairan lainnya, misalnya: susu, juice, decaffeinated tea/coffee, atau sup, disarankan minuman hangat agar membantu menstimulasi payudara.
Ø  Saat memerah ASI, Ibu harus dalam kondisi yang santai (relax). Kondisi psikologis ibu menyusui sangat menentukan keberhasilan ASI eksklusif. Menurut hasil penelitian, > 80% lebih kegagalan ibu menyusui dalam memberikan ASI eksklusif adalah faktor psikologis ibu menyusui. Saat ibu memeras ASI, jangan tegang dan jangan ditargetkan berapa banyak ASI yg harus keluar.
Ø  Lakukan perawatan payudara : Massage/pemijatan payudara dan kompres air hangat & air dingin bergantian.
Ø  Jika ada masalah dalam ASI, jangan ragu untuk menghubungi atau konsultasi Klinik Laktasi.
Lama penyimpanan ASI setelah diperah :
Ø  Jika ruangan tidak ber-AC, tidak lebih dari 4 jam.
Ø  Ruangan ber-AC, bisa sampai 6 jam. Perlu diingat suhu ruangan tersebut harus stabil. Misalnya ruangan ber-AC, tidak mati sama sekali selama botol ASI ada di dalamnya.
Ø  Segera simpan ASI di lemari es setelah diperah. ASI ini bisa bertahan sampai delapan hari dalam suhu lemari es. Syaratnya, ASI ditempatkan dalam ruangan terpisah dari bahan makanan lain yang ada di lemari es tersebut.
Ø  Jika lemari es tidak memiliki ruangan terpisah untuk menyimpan botol ASI hasil pompa, maka sebaiknya ASI tersebut jangan disimpan lebih dari 3 x 24 jam.
Ø  Dapat juga membuat ruangan terpisah dengan cara menempatkan botol ASI dalam container plastik yang tentunya dibersihkan terlebih dahulu dengan baik.
Ø  ASI hasil pompa dapat disimpan dalam freezer biasa sampai tiga bulan. Namun jangan menyimpan ASI ini di bagian pintu freezer, karena bagian ini yang mengalami perubahan dan variasi suhu udara terbesar. Jika kebetulan memiliki freezer penyimpan daging yang terpisah atau deep freezer yang umumnya memiliki suhu lebih rendah dari freezer biasa, maka ASI hasil pompa/perasan bahkan dapat disimpan sampai dengan enam bulan di dalamnya.

Cara menyimpan ASI hasil pompa atau perasan
Ø  Simpan ASI dalam botol yang telah disterilkan terlebih dahulu (direbus,dikukus atau bisa dengan memanaskannya pake oven)
Ø  Botol yang paling baik sebetulnya adalah yang terbuat dari gelas atau kaca (saya memakai botol bekas minuman UC 1000).
Ø  Jika terpaksa menggunakan botol plastik, pastikan plastiknya cukup kuat (tidak meleleh jika direndam dalam air panas).
Ø  Jangan pakai botol susu berwarna atau bergambar, karena ada kemungkinan catnya meleleh jika terkena panas.
Ø  Jangan lupa bubuhkan label setiap kali Ibu akan menyimpan botol ASI, dengan mencantumkan tanggal dan jam ASI dipompa atau diperas.
Ø  Simpan ASI di dalam botol yang tertutup rapat, jangan ditutup dengan dot. Karena masih ada peluang untuk berinteraksi dengan udara.
Ø  Jika dalam satu hari Ibu memompa atau memeras ASI beberapa kali, bisa saja Asi itu digabungkan dalam botol yang sama. Syaratnya, suhu tempat botol disimpan stabil, antara 0 s/d 15 derajat Celcius.
Ø  Penggabungan hasil simpanan ini bisa dilakukan asalkan jangka waktu pemompaan/pemerasan pertama s/d terakhir tidak lebih dari 24 jam.

Cara memberikan ASI yang sudah didinginkan pada bayi?
Ø Panaskan ASI dengan cara membiarkan botol dialiri air panas yang bukan mendidih yang keluar dari keran
Ø Atau merendam botol di dalam baskom atau mangkuk yang berisi air panas atau bukan mendidih
Ø Jangan sekali-sekali memanaskan botol dengan cara mendidihkannya dalam panci, menggunakan microwave atau alat pemanas lainnya, kecuali yang memang didesain untuk memanaskan botol berisi simpanan ASI
Ø Ibu tentunya mengetahui berapa banyak bayi Ibu biasanya sekali meminum ASI. Sesuaikanlah jumlah susu yang dipanaskan dengan kebiasaan tsb. Misalnya dalam satu botol Ibu menyimpan sebanyak 180 cc ASI tetapi bayi Ibu biasanya hanya meminum 80, jangan langsung dipanaskan semua.
Ø Ingat susu yang sudah dipanaskan tidak bisa disimpan lagi!
Ø Jika mengikuti pedoman pemompaan/pemerasan ASI dan penyimpanan yang baik, ASI tidak akan mungkin basi. Terkadang memang setelah disimpan atau didinginkan akan terjadi perubahan warna dan rasa, tapi itu tidak menandakan bahwa ASI sudah basi. Kemungkinan yang terjadi adalah berkurangnya khasiat ASI, terutama zat yang membantu pembentukan daya imun bayi. Tdak sulit untuk memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan kepada bayi Anda. Waktu 6 bulan hanya sebentar, setelah itu barulah bayi diberikan Makanan Pendamping ASI (MPASI). Jadi mulailah dari sekarang untuk memberikan bayi Anda, ASI secara ekslusif karena ASI merupakan investasi bagi pertumbuhan bayi.











DAFTAR PUSTAKA

Alfarisi, 2008. Fisiologi Laktasi.
http://aku-anak-peternakan.blogspot.com/2008/05/fisiologi-laktasi.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Menyusui.com
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
http://parekita.wordpress.com/2008/10/17/managemen-menyusui.com
Program Manajemen Laktasi, 2004. Buku Bacaan Manajemen Laktasi. Jakarta.
Pusdiknakes, 2003. Buku 4: Asuhan Kebidanan Post Partum.
Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.
Arianto, 2004. Anatomi Payudara dan Fisiologi Laktasi.
http://sobatbaru.blogspot.com/2009/02/anatomi-payudara-dan-fisiologi-laktasi.html
Program Manajemen Laktasi, 2004. Buku Bacaan Manajemen Laktasi. Jakarta.
Pusdiknakes, 2003. Buku 4: Asuhan Kebidanan Post Partum.
Roesli, U. 2005. Panduan Praktis Menyusui. Jakarta: Puspaswara.
Alfarisi, 2008. Fisiologi Laktasi.
http://aku-anak-peternakan.blogspot.com/2008/05/fisiologi-laktasi.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Menyusui.com